JAKARTA, KOMPAS.com - Buruknya kualitas udara Jakarta beberapa hari terakhir tak menyurutkan keinginan warga untuk memakan gorengan.
Padahal, gorengan berpotensi mempertinggi risiko gangguan tenggorokan di tengah polusi udara yang kian parah.
Polusi udara sendiri membuat warga rentan terserang gangguan kesehatan, contohnya batuk, pilek, dan radang tenggorokan.
Seorang pegawai bernama Sadi (41) mengatakan, gorengan adalah menu yang tak boleh terlewatkan saat makan. Ia mengaku sulit lepas dari "godaan" gorengan.
“Tidak boleh terlewatkan kalau gorengan. Tempe, bakwan, tahu, pisang. Kalau enggak beli, bahkan bikin dari rumah,” kata Sadi saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (16/8/2023).
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Ketua DPRD DKI Sebut Cucunya Kena ISPA
Bahkan, bagi Sadi, gorengan bak makanan pokok. “Kalau enggak ada gorengan, kayaknya ada yang kurang,” tutur dia.
Sadi sadar betul akan buruknya kualitas udara Jakarta saat ini. Namun, dia tidak waswas akan kemungkinan sakit radang akibat polusi dan konsumsi gorengan.
Justru, yang dia takutkan adalah risiko terkena kolesterol akibat keseringan memakan gorengan.
“Itu yang agak lebih mengerikan penyakitnya, kayak kalau kolesterol naik kan bisa stroke atau jantung,” ujar Sadi.
Baca juga: Beda dengan Klaim Wali Kota Idris, Kualitas Udara di Depok Tergolong Tak Sehat Versi IQAir
Hal serupa disampaikan oleh mahasiswi bernama Mia (22). Dia juga tidak merasa takut atau parno jajan gorengan.
“Enggak jadi takut, sih. Banyak jajanan goreng-goreng kaki lima di depan kampus juga tetap makan aja,” tutur Mia.
Mia memastikan banyak menghidrasi dirinya sendiri usai mengonsumsi makanan berminyak itu.
“Yang penting, habis itu minum yang banyak. Jangan sampai dilewati itu,” tutur dia.
Secara terpisah, pedagang gorengan bernama Adi (21) mengatakan, tidak ada penurunan omzet dagangan akhir-akhir ini.
Adi bahkan mengaku tidak mengetahui kondisi udara Jakarta yang buruk beberapa hari belakangan.