DEPOK, KOMPAS.com - Harga beras di Pasar Tradisional Depok Jaya, Depok, Jawa Barat melonjak cepat dalam waktu tiga bulan terakhir.
Hal itu yang disampaikan sejumlah pedagang beras di lokasi, termasuk Putri (25).
Jika 2-3 bulan lalu satu liter beras masih bisa dibeli seharga Rp 8.500, kini yang paling murah kata dia ada di harga Rp 10.000 per liter.
"Biasanya kan ada yang Rp 9.000-Rp 9.500, atau Rp 8.500 seliter pun dulu ada, tapi sekarang paling rendah sudah Rp 10.000-Rp 11.000," kata Putri kepada Kompas.com, Rabu (19/10/2023).
Baca juga: Jokowi soal Harga Beras Naik: Petani Senang, Konsumen Enggak Senang
Sementara untuk beras dengan kualitas lebih baik, harganya pun lebih mahal.
Saat ini harga beras di warungnya ada di kisaran Rp 12.000 per liter untuk jenis beras Karawang, beras Solo dan beras Bandung.
Lalu Rp 16.000 per liter untuk beras Pandan Wangi.
"Kalau sekarang yang paling laku itu beras Rp 11.000-Rp 12.000 yang menengah lah, kualitasnya juga menengah. Padahal kalau dulu Rp 10.000-Rp 10.500 itu sudah bagus banget. Sekarang yang begitu lagi jelek banget," lanjut dia
Putri juga mengaku kurang paham mengapa beras yang tadinya masih ada di harga Rp 9.000-an per liter, tiba-tiba hilang dari pasar dan diganti merk lain dengan harga yang lebih mahal.
"Kayak yang Rp 9.500 itu sudah enggak ada, barangnya hilang, semuanya langsung naik. Misalnya merk A, A ini harganya Rp 9.500, nah itu sudah enggak ada, sudah ganti merk yang harganya paling murah Rp 11.000," ujar Putri.
Baca juga: Putar Otak Pedagang Warteg di Tengah Harga Beras yang Sedang Tinggi-tingginya
Sedangkan untuk beras paling murah saat yang ada di harga Rp 10.000 seliter merupakan beras jenis Bulog. Itu pun menurut Putri cukup langka keberadaannya.
"Paling murah beras Bulog sih, cuma itu susah banget dapatnya. Itu yang Rp 10.000 harga ketengannya, cuma jelek banget berasnya," ujar dia.
Selain kondisi beras Bulog yang ia nilai kurang bagus, dari pihak distributor pun menjatah jumlah karung untuk masing-masing toko.
"Terus paling satu toko cuma lima karung dapatnya. Jatah banget, dan aku dapat pun dari distributor, nah distributor nya juga kalau biasa bawa satu truk sekarang paling setengah doang atau enggak seperempat doang. Jadi dibatasi banget kayaknya sama pemerintah. Jadi toko-toko cuma dapat 2, 3, 5 karung aja," ujar dia.
Selain Putri, pedagang beras lain bernama Kusni (27) juga menyampaikan hal serupa soal beras Bulog. Namun, karena peminat beras Bulog di warungnya tidak banyak, maka Kusni tak mau ambil pusing.
"Langka memang. Cuma kalau Bulog saya emang enggak jualan lagi karena pelanggan sini pun kurang cocok rasanya sama beras Bulog," kata Kusni.
Baca juga: Buwas Bilang, Beras Impor dari China demi Berikan Rasa Aman Rakyat
Di sisi lain, Kusni pun ikut curhat sudah ada dua bulan ini beras naik bertahap.
"Paling murah sekarang Rp 11.000 seliter, itu beras lokal dari Majalengka. Sudah sebulanan itu.
Biasanya beras masih dapat Rp 8.000, terus naik Rp 9.000, terus langsung naik lagi Rp 10.500, ya gitu terus sampai Rp 11.000, Rp 12.000. Itu naiknya cepat dalam waktu 2-3 bulan ini," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.