JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 12 hingga 13 taruna dihadirkan sebagai saksi dalam prarekonstruksi kasus tewasnya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Putu Satria Ananta Rustika (19), Senin (6/5/2024).
Kehadiran belasan saksi itu sebagai upaya polisi terus mendalami penyebab meninggalnya Putu.
Polisi juga masih mendalami apakah penganiayaan itu hanya dilakukan oleh pelaku utama, Tegar Rafi Sanjaya (21), atau ada pelaku lain.
Baca juga: Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam
"Para saksi ini perannya apa, kita masih mendalami, supaya kita lebih tahu lagi siapa saja yang ada di kamar mandi," kata Kasatreskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Siagiaan kepada awak media di STIP Senin (6/5/2024).
Hady berjanji akan menyampaikan hasil penyelidikannya secara detail kepada awak media di lain waktu.
"Kita masih belum bisa menyampaikan apa-apa, kita di sini hanya prarekontruksi," sambung dia.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, pihak kepolisian datang ke STIP sekitar pukul 11.55 WIB dengan membawa pelaku utama.
Mereka datang melalui gedung utama atau lobi STIP.
Prarekontruksi berlangsung hampir empat jam. Polisi, Tegar, dan belasan saksi mulai keluar gedung utama STIP sekitar pukul 15.33 WIB.
Tegar keluar lebih dulu dengan pengamanan yang ketat dari pihak kepolisian dan langsung masuk ke dalam mobil.
Sementara belasan saksi lainnya berlari satu persatu dari gedung utama menuju mobil dengan menutupi wajah.
Para saksi seolah tak ingin wajahnya tersorot kamera awak media yang sudah lama menunggu.
Hady menegaskan, status belasan para taruna ini masih saksi dan akan terus dimintai keterangan lebih lanjut.
Mereka juga dibawa ke Polres Jakarta Utara usai melakukan prarekonstruksi di STIP.
Diberitakan sebelumnya, taruna tingkat satu bernama Putu tewas di tangan seniornya, Tegar, Jumat (3/5/2024).
Baca juga: Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah
Tegar memukul ulu hati Putu sebanyak lima kali hingga akhirnya terkapar.
Selain itu, Tegar juga menarik lidah Putu berniat untuk memberikan pertolongan. Namun, kondisi Putu justru semakin parah dan tertutup jalur pernapasannya hingga tewas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.