Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Tergusur (Lagi)

Kompas.com - 18/02/2008, 17:51 WIB

JAKARTA, SENIN -- Wajah-wajah lelah itu, masih bisa bersuara keras, saat para pembeli menanyakan harga barang dagangan mereka, keramik. Merekalah para pedagang eks Pasar Keramik Rawasari. Kami yang kembali tergusur. Mungkin ini kata yang tepat untuk puluhan pedagang ini.

Hari ini, Senin (18/2) mereka kembali dipaksa pindah dari lokasi dagang sementara, di bawah jembatan layang Rawasari, Jakarta Pusat. Tapi tampaknya, tak ada kata menyerah. Merekapun bergeser ke seberang. Tepatnya, di bawah jembatan bypass Pemuda, Jakarta Timur. Setelah sepekan lalu tergusur dari area yang telah menghidupi selama berpuluh-puluh tahun, para pedagang ini memang menggelar dagangannya secara lesehan di bawah jembatan layang Rawasari.

"Padahal kami udah mohon-mohon, Kak. Udah kami bilang, kami ini cuma ngabisin barang. Nggak mungkin lah kami jualan nggak ada kiosnya. Tapi mana orang-orang itu (petugas) mau ngerti. Mereka enak, ngusir-ngusir karena mereka dapat gaji tiap bulan. Kami? Kalau nggak jualan mana bisa kami makan," kata Dini, pengelola toko keramik "Saragih".

Di atas tanah kosong, yang hanya berjarak beberapa meter dari tumpukan sampah, para pedagang ini menggelar ratusan keramiknya. Beralaskan kardus robek, disitulah hamparan keramik nan indah menggoda untuk dibeli para pemburunya. Memberi harga pun sepertinya tak kira-kira. Yang penting laku, kata mereka.

Tak khawatir tergusur lagi? "Kalau digusur lagi, ya mau gimana lagi. Yang penting barang habis semua. Di sini pula, tempat kami cari makan. Kami bisa buka usaha apalagi, liat nanti," ujar Tiur, pedagang lainnya.

Baik Tiur, maupun Dini memang belum mempunyai rencana, apalagi yang akan dijadikan mata pencaharian mereka. "Maunya ya dagang keramik ini, tapi mau apa lagi. Jualan keramik, kalau nggak ngumpul nggak bakal laku. Mana kami belum dapet ganti rugi apa-apa," lanjut DIni, yang sudah berdagang lebih dari 20 tahun di Pasar Rawasari.

Menurut Dini, puluhan pedagang lainnya sudah memilih 'merumahkan diri'. Yang tersisa saat ini pun, tak lebih dari 20 pedagang. Ibarat raksasa vs kurcaci. Para pedagang keramik ini, seperti juga ratusan pedagang yang pernah tergusur, tak bisa apa-apa. "Kami pasrah ajalah, mau apalagi? Nggak usah banyak berharap. Kali ini, kami hanya minta diberi waktu untuk menghabiskan barang dagangan kami. Mudah-mudahan mereka masih punya nurani," harap Tiur lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com