Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamatan Hilal Penting untuk Mengoreksi Perhitungan

Kompas.com - 24/09/2008, 20:59 WIB

JAKARTA, RABU - Salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) menginginkan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1429 H kali ini bisa dirayakan secara serempak, bersamaan dengan seluruh umat Islam di seluruh Indonesia. Hal ini dikatakan oleh Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ghazalie Masroerie, yang biasa disapa Kiai Ghazalie, kepada wartawan di Kantor PBNU, Rabu (24/9).

Ia beralasan, penetapan awal 1 Ramadhan lalu seluruh organisasi Islam, tidak ada yang berlainan, semua sama. Termasuk, organisasi Islam kedua terbesar, Muhammadiyah.

Dijelaskan pula, saat penetapan permulaan awal Ramadhan dilakukan bersamaan dengan beberapa alasan. Dilihat dari aspek syar’i (hukum agama) yang menekankan bahwa kebijakan bersama itu berlandaskan ajaran Rasulullah tentang rukyatul hilal atau pengamatan (observasi).

"Observasi (terhadap bulan) sangatlah penting. Terlebih, NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat) saja dalam mengoreksi hitung-hitungannya (perhitungan astronomis) juga melakukan hal yang sama, observasi," ujarnya.

Selain itu juga didasari atas aspek astronomis yang menekankan kebijakan bersama berlandaskan tinjauan astronmis, terkait dengan kriteria visibilitas hilal. Termasuk, pada aspek geografis juga.

"Faktor ini memperhitungkan letak geografis Indonesia yang luas, menjadi satu kesatuan wilayah hukum. Aspek politis, menekankan perlunya intervensi pemerintah agar kebijakan bersama dilakukan bagi seluruh umat Islam," jelasnya.

"Oleh karena itu meski sudah menentukan 1 Syawal 1429 H melalui metode hisab (perhitungan astronomis), NU tentunya menunggu proses sidang itsbat (penentuan) pemerintah yang kemudian diumumkan tentang penentuan 1 Syawal," katanya lagi.

NU, jelas Kiai Ghazalie lagi, sudah membuat perhitungan hisab awal bulan yang dilakukan jauh sebelum pelaksanaan rukyat yang dapat dilihat di almanak NU yang terbit setiap tahunnya.

"Hisab NU menggunakan metode yang tinggi akurasinya dengan menerima kriteria imkanur rukyah (visibilitas hilal). Hisab ini digunakan untuk memandu, mengontrol, serta mendukung pelaksanaan rukyat agar tercapai rukyat berkualitas," urai Kiai Ghazalie.

NU dan organisasi kemasyarakatan Islam lainnya bersama Departemen Agama, sedianya akan melaksanakan sidang itsbat yang diawali dengan rukyatul hilal terlebih dahulu. Rukyatul hilal dilakukan pada 29 September 2008.

Sidang isbat akan diselenggarakan di 55 lokasi strategis di seluruh Indonesia. 99 pelaksana rukyat nasional bersertifikat dan para ulama ahli rukyat serta ahli hisab telah dipersiapkan. Rukyat ini, tegas kiai Ghazalie, sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.

Sementara itu,Muhammadiyah telah menetapkan sekaligus mengumumkan 1 Syawal 1429 H jatuh pada Rabu, 1 Oktober 2008. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, M. Tafsir melalui rilisnya. Penetapan 1 Syawal merupakan hasil keputusan Pengurus Pusat Muhammadiyah, sesuai hasil hisab hakiki wujudul hilal. (Persda Network/yat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com