Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPK Penabur Melakukan Cross Check

Kompas.com - 03/03/2009, 01:45 WIB

JAKARTA, SENIN -  Pihak Humas BPK Penabur mengatakan belum mendengar atau mengetahui bahwa salah satu alumninya, David Wijaya melakukan penusukan dan mati bunuh diri. "Kami akan cross check, apakah benar David Wijaya itu pernah bersekolah di BPK Penabur," ujar staf humas BPK Penabur Rewindinar, Senin (2/3). Apalagi, David Wijaya diberitakan pernah mengikuti olimpiade matematika di tingkat internasional pada tahun 2005.

 Ia bilang, di BPK penabur siswa yang mengikuti olimpiade di tingkat internasional harus mengikuti serangkaian tes. Peserta olimpiade itu harus bersaing di mulai dari tingkat sekolah, tingkat wilayah, tingkat walikota, tingkat suku dinas, tingkat nasional, dan kemudian tingkat internasional. 

 Rewindinar menjelaskan, di BPK Penabur bukan hanya mencerdaskan intelektual siswa, melainkan BPK juga mencerdaskan moral, emosi, dan kecakapan hidup siswa. "Bukan hanya peserta olimpiade yang mengikuti pembinaan moral, emosi, dan lifeskill, tapi seluruh siswa di BPK Penabur," katanya. 

Psikolog, Kasandra Putranto, memperkirakan mahasiswa yang melakukan penusukan dan bunuh diri itu stres. "Sesuatu telah terjadi yang membuatnya stres dan tidak bisa mengendalikan diri, sehingga jadi gelap mata, pikirannya jadi pendek, dan akhirnya bunuh diri," ucap Kasandra.

Tindakan nekad mahasiswa itu juga disebabkan tidak ada keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.  Ia mengatakan, tekanan-tekanan yang mungkin dialami oleh mahasiswa Indonesia tersebut harus diselidiki penyebabnya, seperti kehidupan di keluarganya dan kehidupan di lingkungan kampusnya.

"Hidup di Singapura itu tidak mudah, serba disiplin, juga dengan pendidikannya," tuturnya. Akan tetapi, tindakan yang dilakukan mahasiswa Indonesia itu, tidak melulu menyalahkan kesalahan ke pihak atau orang lain, melainkan faktor yang terjadi dalam diri mahasiswa itu sendiri dan personal konflik yang dialaminya dengan seseorang.

Kasandra menjelaskan jika terjadi tekanan dari dosennya, ia tidak menyalahkan sang dosen. Pasalnya, pengajar itu juga melakukan tugasnya sebagai seorang dosen yang harus bekerja maksimal dan melakukan tuntutan kewajiban akademis kepada mahasiswanya. "Tapi, masalah ini harus benar-benar diselidiki secara spesifik, tekanan-tekanan apa yang dialami sehingga bisa berbuat seperti itu," ucapnya. (tan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com