Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situ Gintung, Tanggul Paling Ekstrem

Kompas.com - 03/04/2009, 13:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan survei terhadap waduk resapan di kawasan Jabotabek beberapa waktu lalu.

Dari 80 waduk atau situ yang disurvei, Kepala Badan Mitigasi Bencana BPPT Sutopo Purwonugroho mengatakan, Situ Gintung merupakan tanggul yang paling ekstrim jika dilihat dari potensi bencana. Alasannya, situ tersebut berada lebih tinggi dibandingkan permukiman di sekitarnya.

"Dibandingkan 80 situ lain yang kami survei, Situ Gintung paling ekstrim. Artinya, situ itu berada di atas dan di bawahnya permukiman," ujar Sutopo seusai mengisi diskusi mingguan di Gedung DPD, Jumat (3/4).

Berdasarkan pengamatan BPPT, permukiman tersebut dibangun di badan tanggul dengan beda ketinggian antara tinggi tanggul dan rumah di bawahnya mencapai sekitar 15 meter. Padahal, aturan untuk daerah sepadan sungai, idealnya berjarak 50 meter.

Situ Gintung awalnya merupakan sungai yang kemudian dilakukan pembendungan sehingga ukurannya mengecil. Namun, watak sungai, menurut Sutopo, tidak bisa dilawan dan suatu saat akan kembali ke asalnya jika terjadi pemicu-pemicu lain.

"Untuk tanggul, tidak ada di mana pun badan tanggul menjadi permukiman. Tanggul, dari ujung suatu bukit, di kiri kanannya harus bebas dari permukiman," ujarnya.

Akan tetapi, BPPT selama ini memang belum pernah melakukan analisis terhadap risiko-risiko situ di Jabotabek. Apa yang dilakukan BPPT sebatas menganalisis potensi bencananya saja. "Dengan visual, kami akan melihat bahwa situ yang lebih tinggi memiliki risiko yang sangat besar," kata Sutopo.

Oleh karena itu, ia memberikan catatan, jebolnya tanggul tidak semata-mata karena dorongan yang besar terhadap badan tanggul. Jebolnya Situ Gintung juga karena faktor aspek tata ruang. Padatnya permukiman di sekitar situ memberikan beban tersendiri.

Hal yang patut dipertanyakan, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan izin untuk memiliki lahan dan membangun permukiman? "Bukan hanya memiliki, tapi juga bisa dibangun rumah dan bahkan perguruan tinggi. Ini tentu kaitannya dengan tata ruang yang ada belum memasukkan aspek-aspek analisis risiko," kata dia.

BPPT merekomendasikan, ke depannya perlu dilakukan survei dan review terhadap situ yang diduga memiliki potensi bencana. Selain itu, perlu disusun analisis risiko dan melengkapinya dengan sistem peringatan dini di situ-situ tersebut. Audit teknologi terhadap kekuatan struktur dan kelayakan dari bendungan, tanggul, jembatan, dan infrastruktur keairan juga harus dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com