Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuh Model: "Aku Benci Perempuan Pemarah!" (3)

Kompas.com - 26/11/2009, 19:26 WIB

DALAM kekalutan, kuputuskan pulang kampung ke Banjarmasin dengan uang kontan yang ada di dompet Tia. Tapi selama perjalanan aku selalu dihantui penyesalan. Pernah terbersit di benakku untuk menyerahkan diri. Tapi karena niatnya ingin pulang kampung dulu menemui keluarga, keinginan itu dibatalkan. Sepupuku juga baru melahirkan, jadi ingin menjenguk mereka. Sebenarnya ingin juga bicara dengan ibu angkat, tapi enggak tega. Aku memang punya ibu angkat yang sangat baik terhadapku.

Di rumah ibu angkatku, perasaanku begitu aneh, tak nafsu makan. Katanya, kan, pas 40 hari sebelum meninggal, ada perasaan aneh yang datang. Aku jadi berpikir, jangan-jangan aku mau mati. Benar saja, ada yang mengetuk pintu. Ternyata polisi yang datang. Aku masih merasa mimpi ketika ditangkap. Tapi setelah itu aku pasrah, tak bisa berbuat apa-apa.

Aku merasa sangat bersalah dan minta maaf sebesar-besarnya pada keluarga Tia. Kini aku harus menerima semua konsekuensinya. Mungkin orang menilai, aku terlihat tenang di televisi. Tapi hati orang siapa tahu? Hilang sudah masa remajaku. Jujur saja, aku enggak berani berpikir, berapa lama hukuman yang bakal diterima. Bisa-bisa, bebas dari hukuman aku sudah tua. Pokoknya, aku ingin cepat beres dan tahu berapa berat hukumannya.

Nasihatku cuma satu: para ibu jangan suka bertengkar di depan anak-anak atau mengeluarkan kata-kata kasar pada buah hatinya!

Sibuk SMS
Hanya dalam hitungan hari, polisi akhirnya bisa membekuk Fa di kediaman orangtua angkatnya, di Banjarmasin. Shanly, model yang mengenalkan Fa ke Tia, sangat senang mendengarnya. “Tapi saya kesal dia bilang Tia memukul duluan. Enggak mungkin banget Tia berbuat begitu. Tia orangnya lembut,” kata Shanly yang berkenalan dengan Fa saat menyambung rambut di salon.

Sementara Elsa, presenter televisi lokal Banjarmasin, mengaku kenal Fa sebagai penata rias presenter di televisi tempat Elsa kerja. “Orangnya supel dan baik. Kami sempat lama tak kontak dan baru ketemu lagi Juni 2009 karena minta salonnya diiklankan. Waktu itu mukanya agak lain, sedih dan seperti ada masalah,” kata Elsa yang dihubungi via telepon.

Setelah itu, kata Elsa, Fa seperti menghilang dan baru Agustus 2009 meneleponnya. “Katanya sudah di Jakarta, ingin mengubah nasib. Dia juga mengaku kenal beberapa artis dan jadi asisten make-up artis. Saya sempat menasihati, hati-hati jaga diri di Jakarta. Tak tahunya ada kejadian seperti ini. Mudah-mudahan dia sabar. Banyak, kok, yang sayang dia. Orangtuanya sampai shock.”

Dari salon Ivonne, diperoleh keterangan, Fa mulai bekerja sebelum Lebaran lalu dengan gaji Rp 700.000 dan uang makan Rp 25.000 per hari. “Awalnya kerjanya bagus tapi lama-lama tingkahnya bikin kesal. Dia kurang ajar. Tamu-tamu saya diambil, minta nomor HP mereka di depan saya. Seminggu setelah kerja, bawa cowoknya yang menunggu di luar salon. Sempat saya tegur, kalau kerja di sini harus memajukan salon, malah dijawab dengan tak mengenakkan,” kata Lisa dari salon Ivonne.

Hanya 10 hari Fa bekerja di situ lalu minta keluar. “Dia marah karena diminta mengerjakan creambath. Ya, sudah, keluar saja. Kerjanya juga menurun, sibuk SMS melulu.”

Sedangkan Mira, sang pemilik salon, pernah mengingatkan Shanly agar hati-hati berteman dengan Fa. “Sejak awal saya sudah mencium, ada yang enggak beres dengan orang itu. Benar, kan, apa yang saya pikirkan.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com