Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terobos Busway karena Transjakarta

Kompas.com - 23/07/2010, 11:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menerobos jalur busway menjadi salah satu bentuk pelanggaran lalu lintas paling marak di Jakarta. Selain karena faktor pribadi, pelanggaran tersebut juga dipicu oleh kelangkaan bus transjakarta, sementara jalur umum sudah padat kendaraan.

Dalam sepekan Operasi Patuh Jaya 2010, petugas di lapangan sudah menilang 3.908 pengendara kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, yang menerobos jalur bus transjakarta. Dari jumlah itu, pengendara sepeda motor yang ditilang 2.327 orang, mobil 404 orang, disusul angkutan umum, seperti Metromini dan Kopaja sebanyak 290 orang, dan angkutan barang, seperti truk, sebanyak 77 orang.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Java Komisaris Besar Condro Kirono, Kamis (22/7/2010), mengatakan. sterilisasi jalur bus transjakarta menjadi salah satu target Operasi Patuh Jaya 2010. "Jadi, sudah seharusnya kita memberikan tindakan tegas (tilang) bagi pengendara yang masih nekat menerobos jalur busway," tuturnya.

Tidak terkendalinya kendaraan umum dan kendaraan pribadi yang masuk jalur bus transjakarta merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan laju bus transjakarta terhambat. Ujung-ujungnya, penumpang menjadi korbannva. Steriliasasi jalur bus transjakarta diterapkan di empat koridor, yakni Koridor I (Blok M-Kota). Koridor III (Kalideres-Harmoni), Koridor V (Kampung Melayu-Ancol), dan Koridor VI (Ragunan-Landmark).

Namun, sejumlah pengguna jalan yang biasa melintas di Jalan Warung Buncit Raya menyatakan, mereka nekat menerobos jalur bus transjakarta saat terjebak kemacetan di jalur umum. "Saya jalan dari Ragunan sampai Duren Tiga, enggak ada busway yang lewat, bagaimana orang tidak nekat nerobos?" tutur Dani (35), seorang karyawan swasta. (ded)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com