Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Benderanya Dibuat dari Kain Kafan

Kompas.com - 14/08/2010, 11:48 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Mamat Rahmat (63), sudah setia menjual bendera di Kota Bandung setiap masa-masa menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, sejak 47 tahun lalu. Setidaknya, menurut pengakuan warga Desa Leles , Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat itu, dia termasuk penjaja bendera pertama di Bandung.

"Waktu pertama kali berjualan, hanya ada tiga pedagang bendera, yaitu saya, kakak, dan kerabat. Tinggal saya yang masih hidup. Lainnya sudah meninggal," katanya.

Mamat pertama kali berjualan di Jalan ABC selama delapan tahun. Kemudian pindah dan berjualan di Jalan Kosambi selama 10 tahun, dan hingga saat ini di Jalan Diponegoro. Dia sudah lupa harga bendera waktu pertama kali berjualan.  

"Tapi, bahannya jelek sekali. Kalau dicuci luntur. Kainnya saja dari semacam kafan," ujar Mamat sambil terkekeh.

Dikatakan, ketika itu para pembeli pasti datang lagi tahun depan karena warna benderanya sudah pudar. Setiap tahun, biasanya Mamat berjualan tanggal 1-17 Agustus. Menurut Mamat, banyak warga Leles yang mencoba peruntungannya dengan berjualan bendera.

Sejak Mei, rumah-rumah di Leles dipadati dengan warga yang memotong dan menjahit bendera. Lalu, pertengahan Juli, pedagang pun mulai beranjak pergi mengadu untung. Ada pula warga daerah lain seperti Cianjur, Tasikmalaya, dan Garut yang menjual bendera, tapi tak banyak.

Mamat menjalankan usaha konveksi jika sedang tak berjualan bendera. Tapi, berjualan bendera tidak selalu menguntungkan. Saat ditanya motivasinya masih berjualan meski sudah cukup berumur dan risiko merugi, Mamat hanya menjawab, "Ya, bagaimana. Sejak dulu sudah berjualan. Sudah ketagihan," ujarnya seraya tersenyum.

Radiman (35), penjual bendera di Jalan Supratman, Bandung, juga berasal dari Desa Leles. Jika tak berjualan bendera, dia menjajakan mi ayam. Selama di Bandung, usaha penjualan mi ayamnya ditinggalkan. Dia tak tahu sejak kapan warga Leles identik dengan penjual bendera.

"Saya hanya ingat, sejak berumur lima tahun pun, warga desa sudah berduyun-duyun pergi ke kota-kota besar kalau sudah mendekati tanggal 17 Agustus," kata Radiman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com