Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pedagang Lama di Tanah Abang Gulung Tikar

Kompas.com - 10/11/2011, 06:20 WIB
Riana Afifah

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengelolaan Blok A Tanah Abang yang dinilai bermasalah mengakibatkan banyak pedagang lama tersingkir dari lahan berdagangnya. Mereka gulung tikar lantaran tidak sanggup membayar harga sewa kios yang mahal.

"Yang jadi permasalahan saat ini bagi para pedagang adalah soal tempat dan soal harga," kata Sekretaris Eksekutif Indonesia Traditional Market Watch Yulianto Syahyu di Jakarta, Rabu (9/11/2011) kemarin.

Ia menjelaskan, pedagang lama ini termasuk para pedagang yang menjadi korban kebakaran Pasar Tanah Abang pada tahun 2003 silam yang melalap habis 2.420 tempat usaha dan kios. Mereka dijanjikan tempat berdagang baru di lantai satu, dua, dan tiga oleh PT Priamanaya selaku salah satu pengelola.

"Pada kenyataan, secara nomor memang lantai satu, dua, dan tiga. Tapi hitungan aslinya kalau diurut dari ground floor dan lain sebagainya, pedagang ini ada di lantai lima," jelas Yulianto.

Ia menyayangkan pemberian lokasi yang tidak sesuai perjanjian. Hal ini memiliki imbas yang sangat besar bagi penghasilan para pedagang ini. Sebagian besar pedagang mengeluh omzetnya menurun semenjak pindah ke lantai lima.

Selain itu, harga jual kios juga dinilai terlampau mahal. Padahal, untuk pedagang lama harga yang diberikan semestinya sebesar Rp 20 juta per meter untuk kios pertama, Rp 65 juta per meter untuk kios kedua, dan Rp 75 juta per meter untuk kios ketiga.

Jika melampaui lima kios, dipatok dengan harga baru. Sedangkan kisaran harga baru berada pada angka antara Rp 135 juta-Rp 500 juta per meter. Lantaran hal ini, pedagang lama yang tidak mampu bertahan memilih untuk gulung tikar. "Kalau pedagang pasar mana kuat. Harga itu lebih mahal ketimbang harga mal. Harga jual kios di Mal Thamrin City saja hanya Rp 40- Rp 50 juta per meter," jelasnya.

Padahal, semestinya pedagang-pedagang lama ini seharusnya mendapat prioritas tempat yang lebih baik. Namun, pada kenyataannya, para pedagang ini diberi tempat yang jauh dari pembeli sehingga menimbulkan kebangkrutan. "Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah kena musibah kebakaran, masih harus bayar mahal. Itu sebabnya, tempat yang strategis saat ini dikuasai kelompok tertentu," tuturnya.

Kendati demikian, ia mengatakan, ada pula pedagang lama yang kuat modal memilih pindah ke lokasi strategis dan masih bertahan. "Tapi itu hanya sebagian karena harga jualnya saja sangat mahal," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com