Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuma Sampah yang Ditemukan

Kompas.com - 25/12/2011, 00:27 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

KOMPAS.com - Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang melintasi Ibu Kota DKI Jakarta. Panjang aliran utama sungai ini adalah hampir 120 km melewati Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jakarta. Kompas.com berkesempatan menyusuri sungai yang paling luas di Jakarta tersebut, Sabtu (24/12/2011).

Titik pemberangkatan adalah Pondok Cina, Depok dengan menggunakan perahu karet dengan titik pemberhentian di Balekambang, Condet, Jakarta Timur. Penyusuran ini ditemani oleh Ahmad Fadel, salah seorang komunitas pecinta Kali Ciliwung yang selama ini melakukan berbagai usaha perbaikan kondisi Kali Ciliwung.

Dengan arus sungai yang tidak terlalu deras, perahu karet kami mulai menyusuri kali Ciliwung yang penuh liku. Pepohonan rindang, tembok-tembok rumah serta gubug-gubug semi permanen menjadi pemandangan silih berganti di sepanjang perjalanan tersebut, tentunya selain sampah. Dari titik pemberangkatan, sampah memang menjadi pemandangan dominan. Berbagai jenis sampah mulai dari styrofoam, plastik, sampah rumah tangga bahkan kasur dan sofa bisa ditemukan di sana.

"Wah, dulu malah saya pernah dapat kulkas pas lagi nyelam," ujar Fadel sambil tertawa. Mesin perahu karet yang kami tumpangi pun kerap mati mendadak saat perjalanan, "Wah, ada kain nih di mesinnya," ujarnya sambil membersihkannya kembali.

Fadel menambahkan bahwa dari titik pemberangkatan hingga titik pemberhentian nantinya, ada 38 tempat pembuangan sampah ilegal di mana warga biasa membuang sampah sehari-harinya. Berton-ton sampah tersebut menumpuk hingga menyerupai gunungan sampah yang tak sedap dipandang mata. Bau busuk pun keluar dari gunungan tersebut.

Ironisnya, beberapa pihak mengambil keuntungan dari pengelolaan sampah ilegal tersebut. Hingga kini, masyarakat di sepanjang Sungai Ciliwung seperti belum sadar betul akan bahaya membuang sampah di bantaran kali. Hal ini ditunjukkan dari kebanyakan komunitas pecinta Ciliwung berasal dari orang yang bukan tinggal di sepanjang sungai tersebut, melainkan pemuda dari dari luar. Namun kondisi demikian tak membuat mereka patah arang.

Fadel bersama teman-temannya tetap aktif melakukan penyuluhan bagi masyarakat di sepanjang sungai tersebut. "Ya target kita minimal ke anak-anak deh, supaya enggak kaya orang tuanya," ujar Fadel.

Perjalanan pun berlanjut, kami menemui sebuah rumah permanen yang memiliki tembok berada persis di tepi sungai Ciliwung. "Yang seperti ini sebenernya enggak boleh nih, minimal 15 meter dari bibir sungai, tapi ya mau gimana lagi," lanjut Fadel.

Tembok tersebut pun tak lepas dari sampah plastik yang menyangkut di ranting pohon. Di beberapa bagian sungai juga terdapat bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu. Bangunan tersebut menjorok ke dalam sungai sehingga menyebabkan penyempitan aliran sungai, padahal kondisi tersebut berbahaya jika permukaan air naik dan terjadi arus yang deras.

Terdapat beberapa pabrik tahu dan tempe di sepanjang sungai Ciliwung. Ironisnya, limbah produksi mereka langsung dibuang melalui pipa ke aliran sungai. Cairan berwarna putih memancur tanpa ada peralatan penyaring, turut menambah masalah di sungai terlebar di Jakarta tersebut.

Meski kondisi air sungai sedemikian buruk, anak-anak kecil tak peduli dangan hal tersebut, mereka tetap riang gembira bermain di sungai tersebut. "Coba agak bersihan, kan enak mau nyebur kaya gimana juga," ujarnya.

Setelah lima setengah jam mengarungi sungai Ciliwung, akhirnya sampai di tempat Komunitas Ciliwung Condet yang berada di daerah Balekambang, Condet, Jakarta Timur. Dengan melihat langsung kondisi sungai Ciliwung yang sedemikian kritis, para pejuang komunitas pecinta Ciliwung di sepanjang aliran mulai dari Bogor hingga Jakarta tetap optimistis bahwa sungai tersebut ke depan akan tertata.

"Kalau Ciliwung bersih dari hulu sampai hilir kan enak, jadi sedap Jakarta kita lama-lama," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com