Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Akui Korban "Koboy Palmerah" Temperamental

Kompas.com - 03/05/2012, 15:45 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak banyak yang tahu akan sosok SSP (25), korban aksi umbar tembakan "Koboy Palmerah". Warga di sekitar rumahnya yang tercatat dalam kartu tanda penduduk (KTP) di kawasan Jatipulo, Jakarta Barat, jarang melihat sosok pemuda yang ramai jadi pembicaraan lantaran berani melawan oknum TNI yang mengumbar tembakan itu.

Menurut Wakil Sekretaris RT setempat, Suparmin, keluarga Soeng sudah sejak lama tinggal di tempat itu. Namun, keluarga ini dikenal cukup sibuk sehingga jarang bersosialisasi dengan warga di sekitar kompleks. SSP merupakan anak tunggal dari Soeng Monika. SSP kecil, diakui Parmin, tumbuh dan besar di rumah bersama dengan kakek, nenek, ibu, dan bibinya.

"Belasan tahun lalu mereka pindah ke Kebayoran Baru. SSP dan ibunya," ujar Parmin, Kamis (3/5/2012), saat dijumpai Kompas.com di rumahnya.

Namun, meski sudah pindah rumah, Simon masih sering bolak-balik ke rumah tersebut. Data KTP milik SSP juga masih meminjam alamat rumah kakek SSP, Soeng. Parmin mengisahkan, SSP memang bukan orang yang kerap bersosialisasi dengan warga setempat. Pasalnya, selain sudah pindah rumah, SSP juga bersekolah di Australia. Namun, seingat Parmin, SSP memang sosok yang cukup berani dalam bersikap.

"Pernah dia berselisih pendapat sama petugas kelurahan saat bikin e-KTP. Dia marah karena enggak boleh masuk dengan alasan pakai celana pendek. Dia kan ada tatonya di kaki," ujar Parmin.

SSP tidak terima akan larangan itu, dan sempat berdebat dengan petugas kelurahan. "Ya, kalau saya lihat dia memang sedikit temperamental. Tapi kalau lihat peristiwa kemarin, kan dia diam saja di video itu. Ya, saya prihatin juga lihat dia diancam pistol begitu," kata Parmin.

Ketika ditanya soal latar belakang keluarga SSP, Parmin mengaku tak mengetahuinya. Kediaman keluarga Soeng sendiri saat dikunjungi juga tampak sepi. Di depan rumah bertingkat dua itu hanya ada satu orang tukang kayu bernama Mamat. Soeng yang merupakan orang paling tua di rumah itu dan merupakan kakek dari SSP juga sempat keluar.

"Enggak ada orang," katanya sembari masuk ke dalam rumah lagi.

Diberitakan sebelumnya, SSP menjadi korban aksi umbar tembakan aparat TNI AD bernama Kapten MA pada Senin (30/4/2012) siang di depan kantor Kompas TV, Jalan Tentara Pelajar, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Insiden itu direkam oleh warga sekitar. Video berdurasi 2 menit dengan judul "Koboy Palmerah" itu kemudian diunggah oleh akun bernama Unplugged The TV pada Selasa (1/5/2012) sekitar pukul 13.00.

Video tersebut dimulai dengan aksi Kapten MA yang tengah mengintimidasi SSP. Tak lama kemudian, terdengar suara tembakan dari senjata yang dipegang Kapten MA. Saat itu, Kapten MA berdiri di belakang mobil Toyota Avanza berpelat nomor 1394-00 warna hijau dof milik TNI AD. Ia terlihat emosi dan mulai menghardik SSP yang berkaus biru dan masih menggunakan helm putih berdiri di depan sepeda motor miliknya.

Kapten MA juga menenteng senjata mirip senjata api jenis FN dan sebuah tongkat besi. Ia berkali-kali menghardik SSP sambil memukulinya dengan tangan ataupun senjata yang digenggamnya ke arah kepala dan paha SSP.

Berdasarkan keterangan saksi mata, Andri, perselisihan antara keduanya terjadi karena pengendara sepeda motor merasa dipepet oleh mobil yang dikendarai MA. "Kejadiannya sekitar 20 menit karena berhasil dilerai sama polisi militer yang datang berseragam dan pakai mobil warna putih. Si penembak juga langsung dibawa polisi militer," kata Andri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com