Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar Jakarta Tak Boleh Kumuh!

Kompas.com - 11/07/2012, 12:53 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan penyangga DKI Jakarta tidak boleh kumuh. Kalau lingkungan sekitar kumuh maka Jakarta menjadi tidak sehat. Jakarta dan sekitarnya harus sama-sama berkembang untuk menjadi kota yang sehat.

"Kalau lingkungan sekitarnya DKI Jakarta kumuh walau itu bukan menjadi tanggung jawab Gubernur DKI maka DKI tidak akan pernah baik. Itulah konsep pengembangan perkotaan yang sehat," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, seusai melakukan pencoblosan dalam Pemilukada DKI Jakarta, di TPS 58 yang terletak di dalam Perumahan Golf Mansion, Cilandak, Jakarta, Rabu (11/7/2012).

Ada saling keterkaitan antara Jakarta dengan kota-kota tetangganya, seperti Bekasi. Hatta menjelaskan, masyarakat bisa tinggal di Bekasi, namun mencari nafkah di Jakarta. Maka Jakarta pun menyediakan transportasi dan fasilitas-fasilitas lain bagi penduduk tersebut.

"Oleh sebab itu maka berpikir the greater Jakarta menjadi sesuatu yang sangat besar. Itulah yang disebut dengan Metropolitan Priority Area," sambung dia.

Bekerja sama dengan Jepang, MPA bertujuan untuk mengubah suatu area menjadi lebih menarik dan baik untuk penanaman modal dan pengembangan industri dengan mengembangkan infrastruktur di wilayah Jabodetabek. MPA bukan hanya sekedar Jakarta. Tetapi termasuk juga wilayah sekitar ibukota Indonesia ini.

"Bagaimana pelabuhan dan bandara. Karena mau tidak mau kalau pelabuhan itu tidak dikembangkan ke daerah-daerah lain maka akan terjadi bottleneck di situ. Nah kalau bottleneck di situ semua daerah yang menuju situ menjadi macet," terang Hatta.

Jadi, kata dia, perlu ada konsep untuk mengembangkan Jakarta dan sekitarnya. Konsep diperlukan agar Jakarta dan wilayah tetangga sama-sama berkembang.

"Selama Tanjung Priok crowded seperti itu maka daerah sekitarnya tempat orang mencari nafkah tak akan jauh dari situ. Jadi menurut saya strategi itu menjadi penting bagi pemimpin siapapun nanti yang terpilih," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com