Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangus Sudah Baju Lebaran dan Seragam Itu...

Kompas.com - 22/08/2012, 12:08 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Canda dan tawa menghiasi suasana sebuah rumah kontrakan semipermanen milik satu keluarga di RT 02 RW 02, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Suasana itu tiba-tiba berubah menjadi isak tangis dan kepanikan ketika api melalap rumah tersebut, Selasa (21/8/2012) siang.

Siti Aisah (45), Solikan, dan tiga buah hatinya masih asyik menikmati libur dari aktivitas masing-masing. Siti yang bekerja sebagai buruh cuci gosok tengah libur karena sang majikannya sedang mudik. Adapun Solikin, buruh bangunan, memang tengah sepi orderan.

Menjelang siang pukul 12.00 WIB, suasana canda dan tawa keluarga miskin tersebut berubah mencekam. Di luar rumah kontrakan, warga berteriak-teriak tak jelas. Karena penasaran, wanita asal Bogor, Jawa Barat, itu pun keluar dari rumah kontrakan untuk memastikan apa yang terjadi. Baru selangkah melewati pintu reyot kontrakannya, dengkul Siti serasa mau copot.

"Saya keluar pintu api sudah gede, sudah menjalar ke mana-mana. Rumah saya awalnya api itu cuma dibatesin satu rumah," ujarnya saat ditemui Kompas.com, Selasa (21/8/2012) malam di tenda pengungsian.

Pikirannya kalut, tak banyak yang dapat ia pikirkan dengan jernih saat itu. Hanya tiga lembar baju lusuh yang sempat terselamatkan karena sejangkau dengan tangan. Harta lainnya, termasuk baju Lebaran anak keduanya yang masih terbungkus plastik, terpaksa ditinggalkan dalam rumah.

Untunglah semua nyawa sekeluarga itu selamat, tak ada korban jiwa. Satu keluarga yang sempat berpencar-pencar itu lari menyelamatkan diri ke tepi Jalan Pahlawan Revolusi.

Lebih dari tiga jam api mengamuk di atas lahan lahan seluas 9.000 meter persegi tersebut. Kontrakan yang telah dihuni Siti dan keluarganya selama tiga tahun itu telah rata dengan tanah bersama 149 bangunan lain di lahan tersebut. Seluruh perabot, termasuk seragam dan peralatan sekolah anak kedua dan ketiganya, ludes tak tersisa. Bertambah lagi satu keluarga lagi di Jakarta yang terjun bebas ke dalam jurang kemiskinan.

"Ma, seragam Eva kebakar semua," kata anak keduanya. "Ya sudah, enggak apa-apa," jawab Siti seadanya.

Kontrakan murah

Sebagian besar dari 140 kepala keluarga (KK) dengan sekitar 4.000 jiwa di tempat itu menggantungkan hidup sebagai pegawai mebel. Sebagian kecil lainnya ada yang menjadi pengumpul barang-barang bekas, pedagang, buruh cuci, dan pengusaha konveksi.

Bagi Siti, tinggal di permukiman padat penduduk tersebut bukan sebuah pilihan. Dengan penghasilan Rp 400.000 per bulan, di mana lagi keluarga miskin itu harus tinggal selain di kontrakan murah di Pondok Bambu itu? Apalagi, suaminya hanya bisa bekerja ketika ada proyek bangunan, itu pun belum tentu ada setiap saat. Siti dan keluarganya terpaksa menyewa rumah berbahan tripleks dengan harga Rp 150.000 per bulan di tempat itu.

"Di sini murah, di tempat lain mana ada? Yang lain kan mintanya Rp 500.000 sampai Rp 600.000 per bulan. Kita mana sanggup?" ujarnya.

Kini api telah padam, begitu pun semangat hidup Siti yang hampir padam. Hanya senyum anak-anaknya yang membuat api semangat Siti tetap menyala. Dengan beralaskan terpal kusam dan sarung di dua tenda pengungsian yang dibuat oleh warga, ia sekeluarga tinggal bersama belasan keluarga korban lainnya.

Kini hidup Siti dan korban lain hanya bergantung pada bantuan dermawan. Ia sendiri tak bisa memprediksi kapan semua mimpi buruk itu berakhir. "Ya mau di mana lagi. Saya enggak bisa mikir apa-apa," ujarnya singkat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com