Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkai Paus di Pulau Kotok Akhirnya Tenggelam

Kompas.com - 21/09/2012, 22:42 WIB
Lasti Kurnia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bangkai Paus Sperma (sperm whale) yang dibawa ke Pulau Kotok Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta, pada awal Agustus lalu, akhirnya dituntaskan penenggelamannya pada hari ini, Jumat (21/9/2012).

Proses penenggelaman berlangsung singkat karena kondisi bangkai sebagian besar telah terurai oleh alam. Penyelam yang terdiri dari staff Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu dan masyarakat setempat, juga relawan dari Jakarta Animal Aid Network terlibat dalam proses penengelaman tersebut.

Disaksikan oleh Direktur Konservasi Kenekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Perliindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan Bambang Novianto dan Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKS) Sri Andjani. Kondisi bangkai paus sebelum ditengelamkan, tinggal berupa ongokan daging sepanjang sekitar lima meter.

Bau bangkai masih tercium sedikit, namun tidak menyengat. Bongkahan daging bangkai masih tetap diselubungi jaring, diberi pemberat, dan sejumlah pelampung dari jeriken kosong. Sesaat setelah tali yang diikat pada pelampung dipotong, bangkai paus langsung meluncur, tenggelam ke dalam air.

Bangkai tenggelam terseret pemberat yang masih dikaitkan pada jaringnya hingga mentok ke dasar laut pada kedalaman 19 meter. Proses penengelaman kali ini berlangsung sangat cepat. Memakan waktu tak lebih dari lima menit.

Hal ini berbeda dengan kondisi proses penenggelaman, saat pertama bangkai dibawa ke Pulau Kotok Timur, pada awal Agustus lalu. Saat itu, bangkai sulit ditenggelamkan walaupun telah dipasang pemberat sebanyak 4 ton. "Waktu itu bangkai masih segar, masih ada gas dari proses pembusukan, ada minyaknya. Kalau sekarang sudah 2 bulan, sudah terurai oleh alam," kata Kepala Balai Taman Nasional Pulau Seribu Sri Andjani.

Bangkai paus ini adalah paus yang pada pertengahan Juli lalu, ditemukan terdampar di Tanjung Pakis, Karawang. Paus sperma dengan panjang sekitar 12 meter tersebut masih hidup, kemudian berhasil ditarik ke laut lepas. Namun tak terduga, setelah dilepas, paus terdampar kembali di Muara Gembong, Bekasi, hanya 25 kilometer dari posisi pertama terdampar.

Di Muara Gembong, paus ditemukan warga telah mati dan mulai membusuk. Para relawan yang terdiri dari berbagai unsur memutuskan untuk menarik bangkai paus ke perairan Pulau Kotok Timur. Posisi tersebut dipilih karena salah satunya terdapat pos pengamatan Jakarta Animal Aid Network. (JAAN) dan dapat diawasi juga oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKS).

Perlu Penelitian

Direktur Konservasi Kenekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Perliindungan Hutan dan Konservasi alam Kementrian Kehutanan Bambang Novianto menyatakan bahwa peristiwa paus terdampar ini perlu diteliti lebih jauh.

"Untuk kasus terdamparnya paus sperma di Indonesia adalah peristiwa yang langka. Karena jenis ini tidak dari perairan Indonesia. Saat ini perubahan iklimm yang terjadi mungkin saja mempengaruhi pola migrasi" kata Bambang.

Lebih lanjut menurut Bambang, peritiwa terdamparnya kembali paus untuk kedua kalinya di Muara Gembong, dapat ditarik menjadi pelajaran. Bahwa pengetahuan kita tentang penyelamatan paus terdampar masih terbatas dan harus dikembangkan. Terutama karena peristiwa terdamparnya paus, terus terjadi di berbagai tempat di Indonesia.

Untuk kepentingan edukasi dan penelitian, tulang paus sperma dikumpulkan dari bangkai yang makin terurai. Selama dua bulan ini, staff BTNKS , JAAN, dan masyarakat mitra polisi hutan telah secara rutin menempatkan tulang-tulang yang telah lepas ke dalam satu jaring di kedalaman sekitar 5 meter. Kumpulan tulang tersebut disatukan dalam bungkusan jaring dan posisinya berada tak jauh dari sisa bangkai daging. Bila semua tulang telah total terlepas dan dikumpulkan, Departemen Kehutanan berencana untuk mengangkat dan merakit tulang tersebut untuk penelitian.

"Saat ini kami masih dalam proses menawarkan. Namun sudah ada beberapa pihak seperti LIPI dan lembaga konservasi seperti museum satwa yang kelihatannya berminat. Namun bila tidak, maka akan kami siapkan salah satu tempat milik Dephut di Bogor yang akan menjadi tempat perakitan dan display," lanjut Bambang.

Tulang Dijaga

Saat ini untuk menjaga kumpulan tulang tersebut tetap utuh dan tidak diambil atau dicuri, BTNKS melarang kegiatan penyelaman di lokasi tulang dan bangkai paus. "Akan kami pantau terus dan tidak boleh ada aktifitas penyelaman tanpa ijin tertulis kepada Balai Taman Nasional," tegas Sri Andjani.

Mengenai berapa lama lagi sisa bangkai akan terurai dan tulang total terkumpul, BTNKS tidak dapat memprediksi jangka waktunya. Saat ini BTNKS bekerja sama dengan JAAN dan masyarakat mitra polisi kehutanan pada seksi pengelolaan Taman Nasional wilayah III pulau Pramuka.

Bila nanti tulang telah diangkat. Departemen Kehutanan berencana membuat sebuah tanda semacam prasati di dalam air. Prasasti tersebut menjadi tanda sejarah bahwa sebuah paus sperma pernah ditengelamkan di Taman Nasional Kepulauan Seribu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com