Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kotak-Kotak" dan "Kumis" Tak Teguran di Pulau Seribu

Kompas.com - 31/10/2012, 19:32 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam Pemilu DKI Jakarta ternyata sempat meninggalkan sisa-sisa kebencian pada para pendukung 'kotak-kotak' dan 'kumis'. Hal ini terjadi pada warga Kepulauan Seribu.

Wasis, salah seorang warga Kepulauan Seribu mengatakan sempat terjadi saling 'diam-diaman' antar sesama warga yang memiliki perbedaan dukungan.

"Di Pulau Seribu kemarin yang menang itu Pak Fauzi. Di sana sampai sekarang itu masih, 'Ah saya Jokowi, ah saya Fauzi Bowo'," kata Wasis kepada wartawan, di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (31/10/2012).

Secara keseluruhan, Jokowi-Basuki unggul hampir di semua wilayah DKI Jakarta. Namun, pasangan nomor urut tiga kala itu justru mengalami kekalahan dari pasangan Foke-Nara di Kepulauan Seribu.

"Ya, antarwarga semacam saling diam-diaman begitu. Ibaratnya ada yang mau pinjam uang ke saudara, tapi saudaranya bekas pendukung si A atau si B. Ya, akhirnya malah enggak jadi. Kan engga enak seperti itu," ujar Wasis.

Namun, akhirnya perbedaan tersebut dapat dicarikan solusi. Melalui 'Damai Anak Pulau for Jakarta Baru', persoalan tersebut menjadi cair.

"Antara pendukung Jokowi dengan Foke itu berdamai. Apalagi orang pulau itu bersaudara semua," kata Wasis menjelaskan.

Sementara itu, Abdulah Feri (39) salah satu warga Kepulauan Seribu lain menilai hal tersebut wajar terjadi. Menurutnya, itu merupakan bagian dari suatu proses politik dalam suatu pesta demokrasi.

"Kalau menurut saya dalam politik dengan gesekan atau singgungan seperti itu wajar. Dengan pertemuan ini, kita (kedua pihak) mau kerja sama dengan membentuk panitian kecil, untuk kebersamaan. Kalau gesekan sebetulnya enggak terlalu kerasa, karena memang di sana itu saudara semua," ujar Abdulah.

Bupati Kepulauan Seribu Achmad Ludfi yang juga berada di Ancol menyatakan menyambut positif kegiatan tersebut. Menurutnya, walaupun warga di sana berbeda dukungan, namun hal tersebut tidak menciptakan konflik antar warga.

"Kegiatan ini sangat baik sekali. Ke depan harus bersama-sama membangun Kepulauan Seribu yang baru. Potensi dan lain-lain kita curahkan. Selama ini hampir umumnya (warga) saling bersaudara, jadi tidak ada sampai konflik," jelas Achmad.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com