Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keruk Segera Kali Cipinang

Kompas.com - 23/12/2012, 09:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga RW 007 Kampung Makasar, Jakarta Timur, mendesak Gubernur DKI Joko Widodo segera mengeruk Kali Cipinang dan memperbaiki saluran sodetan Kali Cipinang yang sudah berulang kali jebol.

”Selama Kali Cipinang tidak dikeruk, kami khawatir permukiman kami akan berulang kali dilanda banjir,” kata Ketua RW 007 Sukirin saat ditemui di rumah Ketua RT 009 Totok Sugianto, Sabtu (22/12) siang.

Ia menjelaskan, panjang ruas Kali Cipinang dari RT 003 sampai RT 009 di lingkungan RW 007 mencapai 1.220 meter. Di RT 003 70 meter, di RT 005 50 meter, di RT 006 250 meter, di RT 007 150 meter, di RT 008 50 meter, dan di RT 009 650 meter.

Ia mengatakan, penyempitan dan pendangkalan Kali Cipinang di lingkungan RW 007 menyebabkan air kali di ruas itu meluap. Arus air kali yang deras masuk saluran sodetan. Akibatnya, tanggul saluran sodetan beberapa kali jebol.

Pada Jumat pukul 03.30, untuk ketiga kali, tanggul saluran sodetan kali tersebut jebol. Kali ini yang jebol adalah tanggul di dua lokasi di RT 004. Akibatnya, sebanyak 664 rumah warga di RT 006, RT 007, RT 008, dan RT 009 tergenang air setinggi 30 sentimeter-115 sentimeter.

Pukul 23.30, kata Sukirin, Jokowi datang ke tempat pengungsian di GOR, di RW 005. Ia menyerahkan dua ton beras dan uang tunai Rp 10 juta kepada Ketua RW 005 Santoso.

”Kata beliau, ’Mas, tolong duite diiwit-iwit ya? (penggunaan uangnya dihemat ya Mas)’,” ucap Sukirin menirukan Jokowi.

Jokowi mengatakan belum bisa menjanjikan perbaikan lebih banyak karena tahun depan pemprov masih berkonsentrasi pada pengerukan Kali Angke, Kali Sunter, dan Kali Pesanggrahan.

Ingkar janji

Totok menjelaskan, sudah tiga gubernur DKI menawarkan pilihan menormalisasi kali atau membuat lagi saluran sodetan yang lebih besar. Namun, ketiganya ingkar janji.

Padahal, warga selalu antusias menjelaskan kepada gubernur untung-ruginya menormalisasi kali atau membuat saluran sodetan baru yang lebih lebar.

”Kami mengusulkan kepada pemprov agar membangun saluran sodetan baru saja karena biayanya lebih murah,” ujar Totok.

Jika normalisasi kali yang dipilih, menurut dia, akan meningkatkan beban biaya yang harus ditanggung pemprov. ”Menormalisasi kali itu kan berarti pemprov harus membebaskan tepian kali dari permukiman agar bisa dibangun jalan inspeksi. Proses pembangunannya membutuhkan waktu lama dan bisa saja pembangunannya terhenti di tengah jalan,” papar Totok.

Sekarang, menurut dia, sebetulnya warga tak banyak berharap lagi. ”Jangankan gubernur, camatnya saja belum pernah ke lokasi. Baru setelah Pak Jokowi menjadi gubernur saja, camatnya mau datang. Tetapi, bantaran kali sudah telanjur menjadi permukiman bersertifikat,” ujar Totok.

Sementara itu, banjir yang merendam 1.429 rumah warga di Kelurahan Makasar dan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, sejak Kamis lalu, pada Sabtu siang sudah surut. Warga mulai meninggalkan pengungsian dan membenahi rumah mereka.

Ketua RW 007 Kelurahan Makasar Sukirin mengatakan, air yang menggenangi rumah warga sudah kering. ”Mereka sudah pulang dan mulai berbenah, bersih-bersih rumah,” ujarnya.

Ketua RW 003 Kelurahan Cipinang Melayu Mukhtar mengatakan, air mulai surut pukul 03.00 dan sudah kering menjelang tengah hari. ”Tadinya air sampai 1,5 meter,” katanya.

Di RW 003, menurut Mukhtar, ada 375 kepala keluarga yang rumahnya tergenang air akibat luapan Kali Ciliwung. Ia mengatakan, warga sudah menerima bantuan makanan. Namun, warga lebih mengharapkan pemerintah menormalisasi Kali Ciliwung. (WIN/FRO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com