Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usul Tarif Baru Angkot ala Jokowi Belum Final

Kompas.com - 28/06/2013, 09:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - DPRD DKI Jakarta belum mengambil keputusan terkait dengan usulan kenaikan tarif angkutan umum. DPRD DKI masih membahas mengenai latar belakang usulan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menaikkan tarif sebesar rata-rata 40,71 persen.

Hasil pembahasan di tingkat Komisi B (Bidang Ekonomi) DPRD akan diputuskan oleh pimpinan esok hari. "Pertemuan hari ini untuk mengetahui metode survei masing-masing pihak. Persoalan ini perlu dibahas sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk memutuskan usulan Gubernur DKI Jakarta," kata Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Selamat Nurdin, Kamis (27/6), di Jakarta.

Menurut Selamat, DPRD perlu mengetahui latar belakang usulan yang disampaikan Gubernur DKI Joko Widodo. Usulan itu merupakan hasil perundingan dengan Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) dan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ). Dari hasil pertemuan itu, kata Selamat, terungkap bahwa pengusaha angkutan umum dalam posisi sulit. Di tengah kenaikan harga BBM bersubsidi, mereka hanya ingin bertahan.

"Tujuan kenaikan tarif ini hanya untuk bertahan, bukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan," kata Selamat.

Sebelumnya, Organda mengusulkan kenaikan tarif rata-rata 95 persen. Sementara DTKJ mengusulkan kenaikan tarif rata-rata 23 persen untuk angkutan bus kecil, bus sedang, dan bus besar reguler.

Pembahasan di tingkat komisi itu diwarnai protes dari Ketua Organda DKI Soedirman. Menurut Soedirman, usulan Organda tidak dibicarakan terlebih dahulu. Usulan Organda DKI masuk ke Gubernur pada Selasa dan sehari setelah itu, Pemprov DKI membahas bersama DTKJ. Keputusannya, Gubernur mengusulkan kenaikan tarif rata-rata 40,71 persen.

Akan tetapi, untuk bus transjakarta tetap tarif lama. Alasan Jokowi, menjaga agar penumpang tidak beralih menggunakan kendaraan pribadi.

Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Limputo berharap segera ada keputusan mengenai tarif. Sebab, masyarakat ingin segera mendapat kepastian tarif angkutan umum. Selama masa transisi, banyak sopir angkutan yang menaikkan tarif sebelum ada keputusan resmi.

"Proses ini sudah ditunggu publik. Kami ingin segera ada kepastian," katanya.

Tarif lama

Keputusan Gubernur DKI Jakarta tentang penyesuaian tarif angkutan kota sangat dinantikan pengelola angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) Tangerang. Tarif APTB hingga Kamis masih menggunakan tarif lama. Tarif bus rute Poris Plawad (Kota Tangerang)-Kalideres-Taman Anggrek (Jakarta Barat) Rp 3.000. Sementara Poris Plawad-Kalideres dan tiket terusan Rp 6.000 per penumpang sekali jalan.

"Menurut rencana, tarif APTB transjabodetabek bakal naik merujuk tarif bus transjakarta. Namun, sampai saat ini masih memakai tarif lama karena belum ada keputusan Gubernur Jokowi," kata Kepala Operasional PPD yang mengelola APTB Tangerang Sabar Sihombing.

Sejauh ini, menurut Sihombing, pihaknya masih menunggu surat keputusan Gubernur DKI Jakarta dan surat edaran dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta terkait kebijakan penyesuaian tarif baru transjabodetabek. Penyesuaian tarif ini mengekor Pemprov DKI Jakarta dan tidak merujuk Peraturan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2013 tentang penyesuaian tarif angkutan kota untuk 21 trayek di wilayah Kota Tangerang.

Dalam perwal itu, tarif angkutan kota di 21 trayek diputuskan naik bervariasi, 28,79-33 persen dari tarif sebelumnya, setelah harga premium naik menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter.

Potongan 50 persen

Pemkot Tangerang Selatan secara resmi belum menetapkan kenaikan tarif meski di lapangan sudah terjadi kenaikan. Untuk meringankan beban warga, diusulkan agar tarif bagi pelajar hanya 50 persen dari tarif normal, kata Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie seusai rapat muspida di Serpong Utara.

Alasannya, ujar Benyamin, banyak komponen yang harus dikaji untuk menaikkan tarif angkot. Soal berapa besar kenaikan tarif resmi angkot, belum dapat diketahui secara pasti.

Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, kenaikan tarif angkot diharapkan sudah bisa diterbitkan. Sementara khusus tarif bagi penumpang kalangan pelajar, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany menambahkan, akan ada pengecualian.

"Kami berharap bagi pelajar tarifnya dikurangi 50 persen dari tarif normal," katanya.

Airin mengatakan, penetapan tarif resmi angkutan perkotaan masih dipertimbangkan. Mengenai tarif yang sudah berlaku saat ini, naik Rp 1.000 dari tarif sebelum kenaikan harga BBM, itu memang karena tuntutan pasar. "Tarif yang kini sudah naik itu harga pasar," kata Airin. (ndy/pin/ray)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

    Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

    Megapolitan
    Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

    Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

    Megapolitan
    Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

    Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

    Megapolitan
    Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

    Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

    Megapolitan
    Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

    Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

    Megapolitan
    Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

    Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

    Megapolitan
    Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

    Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

    Megapolitan
    Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

    Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

    Megapolitan
    Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

    Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

    Megapolitan
    Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

    Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

    Megapolitan
    Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

    Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

    Megapolitan
    Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

    Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

    Megapolitan
    Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

    Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

    Megapolitan
    Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

    Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

    Megapolitan
    Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

    Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

    Megapolitan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com