Pantauan Kompas.com, semula sosialisasi itu berjalan dengan tertib. Petugas Sudinhub Jakarta Timur menempelkan kertas bertulis tarif baru angkutan kota yang telah diputuskan DPRD DKI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di kaca atau badan dalam setiap angkutan kota.
Tiba-tiba, beberapa sopir angkot M01 mendatangi petugas Sudinhub dan meminta selembar kertas berisi tarif baru itu. Setelah berbincang satu sama lain, mereka langsung melontarkan protes kepada para petugas itu.
Chandra (36), salah seorang sopir angkot M01, mengungkapkan, ia protes lantaran kenaikan tarif mikrolet hanya Rp 500 atau dari Rp 2.500 menjadi Rp 3.000.
"Ongkos lama angkot saja dari Kampung Melayu ke Senen Rp 3.000. Lah kalau tarif barunya Rp 3.000 berarti enggak ada kenaikan dong, rugi-rugi juga saya," ujarnya di sela-sela sosialisasi.
"Kalau Rp 2.500 itu dari Kampung Melayu cuma sampai Salemba aja palingan," timpal rekannya.
Daulat Hutagaol (42) mengungkapkan, sejak Pemprov DKI baru mengusulkan kenaikan tarif angkutan kota, pihaknya mematok tarif baru sebesar Rp 4.000. Namun, tarif sepihak tersebut tak dipaksakan ke penumpang untuk menghindari gesekan. Sopir angkot terima saja.
"Yang penting enggak ada kekerasanlah. Saling pengertian antara sopir dan penumpang. Maka itu, kalau sekarang idealnya Rp 4.000," ujarnya.
Para sopir angkot berharap agar Pemprov DKI Jakarta meninjau kembali tarif baru tersebut. Mereka ingin tarif yang seimbang dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang telah berjalan sekitar tiga minggu terakhir tersebut.
Meski diwarnai protes, petugas Sudinhub tetap menempelkan kertas tersebut di setiap angkutan kota. Sosialisasi penerapan tarif baru angkutan kota yang dimulai sekitar pukul 10.00 WIB tesebut selesai sekitar pukul 12.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.