Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buka Puasa Seadanya Saat Kebanjiran

Kompas.com - 23/07/2013, 10:33 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Darsini (65) bersama dua tetangganya, Fatma (63) dan Marnah (67), berbuka puasa dengan ubi dan teh manis. Ketiga janda lanjut usia ini tidak mampu membeli makanan di luar rumah karena tempat tinggal mereka terendam luapan Sungai Ciliwung sejak Senin (22/7/2013) dini hari hingga Senin malam.

Ketiga janda itu tinggal di Kampung Pulo, RT 005 RW 002, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Mereka pun tidak kuat untuk pergi mengungsi.

"Enggak kuat kalau basah-basahan di banjir. Mending makan seadanya yang ada di rumah. Kebetulan masih ada labu parang dan ubi, lumayan buat buka puasa," tutur Darsini.

Di rumah berukuran 2,7 meter x 8 meter, Darsini sebelumnya tinggal sendiri dengan berdagang beras dan minyak tanah. Namun, dua bulan terakhir, Darsini turut menampung Marnah yang juga janda sebatang kara. Marnah terpaksa menumpang di rumah Darsini karena rumahnya di bibir Sungai Ciliwung hanyut terbawa arus Ciliwung pada Mei lalu.

"Rumah sudah hanyut. Beruntung masih bisa ngungsi di sini," kata Marnah yang bekerja sebagai buruh cuci.

Sementara Fatma turut mengungsi di rumah Darsini karena rumahnya sudah reyot dan rawan hanyut kalau banjir Senin kemarin terus merendam kawasan Kampung Pulo. Fatma pun mengaku tertolong dengan mengungsi di rumah Darsini karena mendapatkan makanan untuk berbuka puasa.

"Saya orang miskin, tidak punya pekerjaan. Tiga anak saya miskin semua sehingga tidak mampu membiayai hidup saya sepenuhnya," kata Fatma yang mengaku menggantungkan kebutuhan hidupnya dari bantuan sang anak jika memiliki kelebihan uang.

Hingga Senin malam, banjir di kawasan Kampung Pulo akibat luapan Sungai Ciliwung terus meluas. Rumah Darsini sebelumnya tidak terendam. Namun, pada Senin malam, bagian depan rumahnya turut terendam banjir.

Ketua RT 005 Eri Hernayadi mengungkapkan, banjir merendam kawasan Kampung Pulo sejak Senin, pukul 04.00. Air sempat surut pukul 09.00, tetapi naik dan meluas lagi pukul 10.00. Menjelang sore, pukul 16.00, ketinggian banjir terus meningkat.

Pada Senin pagi, lanjut Eri, ketinggian air masih 2 meter di bibir Sungai Ciliwung, tetapi pada Senin malam, naik menjadi 3 meter. "Itu sebabnya, rumah Darsini yang sebelumnya tidak terkepung banjir, Senin malam ini ikut terkepung banjir," ujar Eri.

Banjir di tengah bulan Juli, yang semestinya masuk musim kemarau, ini pun mengherankan warga Kampung Pulo di bantaran Sungai Ciliwung ini. "Tahun ini banjir datang terus-menerus. Padahal sudah bulan Juli dan semestinya kemarau dan Sungai Ciliwung surut," kata Dewi (29), ibu dua anak ini.

Keheranan Dewi muncul saat sampai di Gang 5 pinggir Jalan Jatinegara Barat, sepulang dari menjemput anaknya di SD Negeri 01 Kampung Melayu pada Senin siang. Dia menyaksikan banjir di gang menuju rumahnya tak juga surut. Apalagi sejak Senin dini hari, dia belum beristirahat karena rumahnya terendam banjir setinggi 1,5 meter.

"Bagaimana ini banjirnya tak habis-habis?" ujarnya.

Dengan sedikit kesal, Dewi kembali menembus banjir untuk menjangkau rumahnya di RT 004 RW 003. Ia lepas celana panjang yang dikenakan dan menggantinya dengan handuk.

Baju sekolah anaknya pun dilepas dan ditaruhnya di dalam ember besar beserta tas sekolah. Tas, dompet, dan makanan yang baru dibelinya ditaruh di dalam ember itu, agar tak basah terendam banjir.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Alasan Warga Masih 'Numpang' KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Alasan Warga Masih "Numpang" KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com