Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: "Ngapain" Kosan Rp 4 Juta Diyustisi? Mau Cari Cewek Cantik?

Kompas.com - 14/08/2013, 10:37 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Selama ini, Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) di Jakarta dinilai oleh Basuki Tjahaja Purnama tidak maksimal. Sebab, masih banyak warga non-DKI yang malah mendudukkan bangunan di lahan milik negara di Ibu Kota.

Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, OYK malah kerap dilakukan terhadap kos-kosan mahal ataupun hotel. Hal itu yang membuat pendatang gelap malah seenaknya membangun di lahan negara, atau menjadi PKL.

"Saya tidak main-main, operasi yustisi tidak boleh ada lagi. Ngapain orang kosan Rp 4 juta-Rp 5 juta dioperasi yustisi, mau cari cewek cantik-cantik?" kata Basuki di Balaikota Jakarta, Rabu (14/8/2013).

Oleh karena itu, menurut Basuki, satu hal yang menjadi sasaran dalam menekan urbanisasi di Jakarta adalah melaksanakan operasi yustisi bagi pendatang yang memiliki penghasilan di bawah kebutuhan hidup layak (KHL). Para pendatang yang tidak memiliki kemampuan itu ditengarai sebagai penyebab munculnya kawasan kumuh dan PKL yang semakin menjamur di Jakarta.

OYK bagi pendatang diganti dengan pelaksanaan Operasi Bina Kependudukan, dengan melakukan sosialisasi dan pembinaan. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta Purba Hutapea mengatakan, Pemprov DKI akan memberdayakan ketua RW dan RT beserta pengurusnya untuk melakukan sosialisasi kependudukan secara keberlanjutan. Ketua RT dan RW itu harus mengunjungi tempat-tempat kos, kontrakan, dan apartemen di kawasan permukimannya.

Kunjungan itu untuk meminta warganya segera melaporkan jika ada pendatang baru yang tinggal di rumah masing-masing. Ini supaya mereka mengikuti aturan-aturan kependudukan agar terhindar dari tindak pidana berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil.

"Itu antisipasi khusus yang akan kami lakukan, yaitu pemberdayaan ketua RT dan RW bersama pengurusnya untuk menyosialisasikan kependudukan termasuk ancamannya," kata Purba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com