Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IPW: Teroris Biasanya Menyerang dari Depan

Kompas.com - 18/08/2013, 13:38 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Berbeda dari pernyataan yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, Ketua Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan bahwa pelaku penembakan terhadap beberapa anggota kepolisian di wilayah hukum Polda Metro Jaya dalam sebulan terakhir bukan kelompok teroris. Hal itu karena pelaku penyerangan menembak polisi dari belakang, sedangkan di beberapa kasus, teroris selalu menembak polisi dari arah depan.

Neta menjelaskan beberapa kejadian penembakan polisi sebelumnya terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Dia mengambil contoh seperti yang terjadi di Deli Serdang, Sumatera Utara; Solo, Jawa Tengah; dan Poso, Sulawesi Tengah.

"Kejadian di Polsek Hamparan Perak (Deli Serdang), Pos Polisi di Solo, sama yang baku tembak di Poso, terjadi dalam kurun waktu 2010-2012. Untuk kejadian di tahun 2012, kejadiannya cuma selisih beberapa bulan," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/8/2013).

Penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, terjadi pada September 2010. Dalam penyerbuan yang menewaskan tiga anggota kepolisian setempat, uji balistik terhadap 20 selongsong peluru di lokasi kejadian menunjukkan para pelaku yang berjumlah 10-15 orang itu menggunakan senjata jenis AK-47, M-16 dan Pistol FN.

Sementara penyerangan tiga pos polisi oleh dua orang bersepeda motor di Gemblegan, Gladak, dan Singosaren, Solo, Jawa Tengah, terjadi pada Agustus 2012. Dalam penyerangan di tiga tempat itu, satu orang anggota polisi tewas, dua lainnya terluka. 

Kasus lain, penyerbuan satu regu polisi dari Detasemen B Brimob Polda Sulawesi Tengah yang sedang berpatroli di Desa Karola dan Desa Tambarana di Jalan Trans Sulawesi, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, terjadi Desember 2012. Dalam penyerbuan yang dilakukan oleh sepuluh orang itu, empat orang anggota Brimob tewas.

"Kejadian-kejadian sebelumnya, teroris selalu menyerang dari arah depan dan dalam jarak tertentu. Beda dengan yang di Tangsel (Tangerang Selatan), penembakannya dari belakang dan jarak dekat," urainya.

Lebih lanjut kata Neta, pada kasus di Deli Serdang, Solo dan Poso, para teroris menggunakan senjata api organik asli. Sementara di Tangerang Selatan, dia menduga pelaku menggunakan senjata api rakitan.

"Senjata rakitan kalau dari jarak tertentu akan melenceng, jadi harus dari jarak dekat. Yang biasa menggunakannya pelaku kejahatan kriminal," ujarnya.

Seperti diberitakan, penembakan di Jalan Graha Raya, Pondok Aren, Tangerang, Jumat, (16/8/2013) malam, menewaskan anggota Polsek Pondok Aren, Aipda Kus Hendratma. Kus yang mengendarai motor dipepet dua orang yang berboncengan motor. Saat itu, Kus ditembak pada bagian belakang kepala hingga terjatuh dan tewas di tempat.

Tim Buru Sergap Polsek setempat berjumlah empat orang yang kebetulan melintas dengan mobil melihat kejadian dan langsung mengejar sert menabrak motor tersebut. Namun pengemudi mobil, Bripka Ahmad Maulana, kehilangan kendali kendaraan sehingg mobil terguling. Saat berusaha keluar dari mobil yang terbalik, pelaku menghampiri dan menembak Maulana. Ketiga rekannya yang selamat sempat menembak pelaku.

Sebelumnya, Aipda Patah Saktiyono (55), anggota Polantas Polsek Gambir, Jakarta Pusat, ditembak saat sedang mengendarai motor di Jalan Cirendeu Raya, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/7/2013). Selanjutnya, Aiptu Dwiyatno (50), anggota Binmas Polsek Metro Cilandak, tewas ditembak di bagian kepala belakang saat sedang mengendarai motor di depan Gang Mandor, Jalan Otista Raya RT 03/11, Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat Kota, Tangerang Selatan, Rabu (7/8/2013).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus DBD Melonjak, Dinkes DKI Gencarkan Kegiatan “Gerebek PSN” Seminggu Dua Kali

Kasus DBD Melonjak, Dinkes DKI Gencarkan Kegiatan “Gerebek PSN” Seminggu Dua Kali

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangsel Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangsel Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Tangerang Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Kembangkan 'Food Estate' di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Kembangkan "Food Estate" di Kepulauan Seribu, Pemprov DKI Bakal Perhatikan Keselamatan Lingkungan

Megapolitan
Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Kelakar Heru Budi Saat Ditanya Dirinya Jadi Cagub DKI: Pak Arifin Satpol PP Juga Berpotensi...

Megapolitan
Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Keluarga Korban Pembacokan di Kampung Bahari Masih Begitu Emosi terhadap Pelaku

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bogor Hari Ini, 28 Maret 2024

Megapolitan
Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Aviary Park Bintaro: Harga Tiket Masuk dan Fasilitasnya

Megapolitan
Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Pengakuan Sopir Truk yang Bikin Kecelakaan Beruntun di GT Halim: Saya Dikerjain, Tali Gas Dicopotin

Megapolitan
Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Berkas Rampung, Ammar Zoni Dilimpahkan ke Kejaksaan untuk Disidang

Megapolitan
Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Pengendara Motor Dimintai Uang agar Bisa Lewat Trotoar, Heru Budi: Sudah Ditindak

Megapolitan
Jadi Tersangka, Sopir Truk 'Biang Kerok' Tabrakan di GT Halim Utama: Saya Beli Semua Mobilnya

Jadi Tersangka, Sopir Truk "Biang Kerok" Tabrakan di GT Halim Utama: Saya Beli Semua Mobilnya

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Kamis 28 Maret 2024

Megapolitan
Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Pemkot Bogor Relokasi 9 Rumah Warga Terdampak Longsor di Sempur ke Rumah Kontrakan

Megapolitan
Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Wali Kota Bogor Diisukan Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Bima Arya: Itu Spekulasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com