JAKARTA, KOMPAS.com 
— Belasan anak usia sekolah dasar tampak asyik bermain bulu tangkis, sebagian lainnya semangat mengayuh sepeda berkeliling di sepanjang jalanan kampung. Mereka adalah anak-anak penghuni Kampung Deret di RT 014 RW 001, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

"Dulu kami tidak bisa bersepeda di sini sebab gang di depan rumah sempit. Jangankan bersepeda, mau lari-lari aja susah," ujar Ilham Mustaqim (12).

Saat lingkungan di sekitar kawasan itu masih padat, Ilham dan teman-temannya hanya bisa bermain lempar kartu. Mereka tidak mungkin main petak umpet atau main benteng. "Sekarang setiap siang saya selalu bersepeda bersama teman-teman saya," ujar siswa kelas VI SDN Tanah Tinggi 01.

Lingkungan tempat tinggal Ilham awalnya adalah daerah padat penduduk yang didominasi rumah semipermanen dan kumuh. Awal Maret lalu di kawasan itu terjadi kebakaran. Sebanyak 38 rumah warga ludes dilalap si jago merah. Melalui program Kampung Deret, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali membangun rumah di lahan bekas kebakaran tersebut. Kini sudah terbangun 36 rumah baru.

Kini pemandangan di kawasan itu menjadi lebih segar dan terang. Kawasan itu tak lagi pengap. Rumah-rumah permanen terbangun rapi berjajar dengan cat biru muda. Kawasan itu juga terlihat lebih segar dengan tanaman gantung di tembok pembatas antara permukiman warga dan rel kereta api.

Tong-tong sampah berwarna biru dan oranye berjajar rapi di depan rumah di sepanjang jalan utama Kampung Deret. "Sekarang kampung ini terang benderang dan segar. Tidak sumpek seperti dahulu," ujar Mustamir (64), warga Kampung Deret.

Di Kampung Deret, Mustamir tinggal bersama istrinya, Esih (63). Menurut pemilik warung nasi dan kelontong ini, semua warga kini dilibatkan oleh RT setempat menjaga kebersihan dengan mewajibkan membuang sampah di tong yang ada.

Warga juga dikutip retribusi kebersihan Rp 5.000 per bulan. Selain itu, warga diminta tidak menjemur pakaian di sembarangan tempat.

"Warga harus membeli tiang jemuran. Saya juga sudah membeli selang untuk menyiram tanaman di depan rumah," tutur Esih bersemangat.

Mentalitas baru

Warga di kawasan tersebut kini dituntun untuk memiliki pola dan cara hidup baru. Mereka tidak boleh lagi membuang sampah sebarangan. Mereka harus membuang sampah di tong sampah biru dan oranye yang sudah disediakan di sepanjang jalan utama Kampung Deret.

Namun, upaya membangun mentalitas warga hidup bersih dan tidak kumuh bukan pekerjaan mudah. Hal itu diakui Ketua RT 014 Yahya (50), yang masih terus-menerus mengingatkan warga agar menjaga kebersihan. Mereka juga terus diimbau agar tidak menjemur pakaian sembarangan di depan rumah.

"Saya meminta warga agar membeli jemuran lipat yang mudah dipindahkan. Warga bisa menjemur pakaian pada siang hari dan mengambil jemurannya saat sore hari," ujarnya.

Hal yang sama juga diupayakan kelurahan. Oleh sebab itu, Lurah Tanah Tinggi Maiyanti Aziz berencana mengumpulkan warga untuk membuat aturan dan kesepakatan bersama. "Kami akan meminta komitmen dan pernyataan agar warga bersedia mematuhi kesepakatan dan bersedia menerima sanksi bila melanggar," tuturnya.

Maiyanti berharap, warga yang tinggal di sana dapat menjaga dan merawat lingkungannya karena Kampung Deret di Tanah Tinggi merupakan program percontohan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (K10)