"Yang punya unit rusun banyak dan unit usaha lumayan gede kebanyakan punya preman supaya enggak diganggu usahanya," ujar salah seorang penghuni Rusun Marunda Cluster B, sebut saja Irfan (23), kepada Kompas.com, Senin (16/9/2013).
Menurut dia, praktik premanisasi itu sangat rapi dan sulit tercium oleh pihak luar. Warga penghuni rusun yang mempersoalkan dan melaporkan hal itu kemungkinan akan mendapatkan tekanan dan intimidasi.
Sebagian besar warga penghuni Rusunawa Marunda sebenarnya mengetahui siapa saja orang-orang yang memiliki rusun yang lebih dari satu, dua, bahkan lima sampai tujuh unit. Namun, warga tidak berani membeberkan identitasnya, terutama kepada media. Sebab, umumnya para pemilik unit rusun yang banyak itu memiliki preman-preman bayaran yang akan mendatangi dan "memberi pelajaran" kepada warga yang buka mulut.
Di setiap blok, menurut pengakuan warga, selalu ada mata-mata yang mengawasi warga. "Makanya, warga takut kalau diwawancara wartawan. Pernah ada yang dihajar karena ngomong ke wartawan," ungkap salah seorang penghuni yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi hal itu, pengelola Rusun Marunda mengaku masih mencari kebenaran hal itu karena warga tak ada yang berani melapor ke pengelola. "Kita sedang menelusuri juga karena memang warga masih belum melapor ke kita, mudah-mudahan tidak ada premanisme di sana," ujar Kepala Seksi Pelayanan UPT Rusun Jakarta Wilayah I Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta Deni Apriyadi.
Adapun pengakuan dari salah penghuni lainnya, selain untuk melindungi para pemilik unit rusun, para preman juga sering kali menjegal para penghuni yang akan masuk ke Rusun Marunda. Kebanyakan dari mereka adalah yang tidak memiliki pekerjaan atau para penghuni rusun yang menganggur.
"Preman di sini banyak, lebih dari lima puluh orang, kebanyakan mereka pengangguran. Sering juga jegat pengendara motor di jembatan dekat STIP (Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran) kalau malam hari, soalnya gelap di situ," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.