Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/09/2013, 15:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tak pernah luput dari sorotan. Sejak awal menjabat, langkah dan sepak terjangnya di Ibu Kota selalu jadi pantauan. Namanya kian meroket. Sejumlah lembaga survei menempatkannya sebagai jawara kandidat calon presiden.

Tak pelak, politisi PDI Perjuangan itu bak menjadi "sasaran tembak" dari sejumlah pihak. Sebut saja politisi Demokrat Ruhut Sitompul, politisi Partai Amanat Nasional Amien Rais, hingga wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta pernah melayangkan komentar "pedas" untuk Jokowi. Apa yang terjadi? Serangan yang mereka lancarkan justru menjadi bumerang. 

Wacana pemakzulan

Saat kepemimpinan Jokowi bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, memasuki semester pertama, mereka digoyang wacana pemakzulan oleh DPRD DKI. DPRD menilai Jokowi tak bisa menuntaskan persoalan Kartu Jakarta Sehat yang dianggap tak merata penyebarannya. Apalagi, sebanyak 16 rumah sakit menyatakan mundur dari program itu karena tak sanggup memenuhi persyaratannya.

Anggota Komisi E DPRD DKI Asraf Ali mengklaim, ada 30 anggota DPRD yang menandatangani hak interpelasi pelengseran Gubernur DKI tersebut. Jokowi pun menanggapinya dengan santai. Menurutnya, manuver para wakil rakyat itu karena kurangnya komunikasi sehingga segala persoalan terkait KJS tidak perlu diselesaikan dengan interpelasi yang berujung pemakzulan.

"Santai sajalah, biasa saja. Kalau pengin ada yang dijelasin, ya kita jelaskan, gampang," ujar Jokowi.

Wacana tersebut pun direspons Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya, para anggota DPRD DKI yang menggalang interpelasi hanya mencari muka. Respons publik pun ramai-ramai mendukung Jokowi-Basuki. Mereka justru menyerang balik para wakil rakyat melalui media sosial, blog, dan lain-lain.

Celoteh Ruhut Sitompul

Selanjutnya, Ruhut Sitompul. Pria yang sering disapa "Poltak" dan "Raja Minyak" ini pernah mengatakan bahwa Gubernur DKI sebelumnya, Fauzi Bowo alias Foke, lebih berprestasi jika dibandingkan Jokowi. Ia merespons semakin gencarnya dorongan agar Jokowi maju sebagai capres.

"Indah mana Jakarta zaman Jokowi atau Foke? Berapa sih program Jokowi yang lebih bagus dari Foke? Dia (Jokowi) itu belum ada apa-apanya, macet dan banjir masih saja. Macet malah lebih macet zaman Jokowi. Saya bilang justru lebih bagus programnya Foke," ujar Ruhut.

Apa respons Jokowi? 

"Ya mungkin ada benarnya, kalau menurut Bang Ruhut begitu," ujar Jokowi.

Pernyataan Ruhut ini justru memancing respons keras dari publik melalui media sosial dan kolom komentar di berbagai pemberitaan. Ruhut justru diserang.

Jokowi = Joseph Estrada

Terakhir, yang memancing kontroversi dalam beberapa hari terakhir adalah pernyataan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais. Ia menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Elite PDI Perjuangan menilai pernyataan ini merendahkan Jokowi karena Amien menganggap persamaan keduanya dipilih hanya karena popularitas,

Jokowi pun menghindari untuk berpolemik. Bahkan, ia menanggapinya hanya dengan guyonan.

"Saya heran, dulu ada yang bilang saya orang ndeso. Sekarang ada yang bilang saya mirip Estrada yang presiden artis. Lah, yang benar yang mana," ujar Jokowi.

Lantas, apa komentar publik? Lagi-lagi melalui komentar di sejumlah pemberitaan, mereka mengecam pernyataan Amien.

Pengamat politik LIPI Siti Zuhroh menggambarkan pihak-pihak seperti Ruhut, Amien, dan lainnya itu telah kalah wacana. Menurutnya, wajar jika publik menjadikan mereka cemoohan karena komentarnya jauh dari hal yang menjadi substansif.

"Enggak apa-apa mereka komentar begitu, kan masyarakat juga mengetahui siapa yang bekerja nyata," ujar Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan 2024, Paling Banyak karena Korsleting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com