Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek MRT Belum Jelas, Pegawai Stadion Lebak Bulus Merasa Terkatung-katung

Kompas.com - 10/10/2013, 12:16 WIB
Sonya Suswanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Para pegawai di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, merasa bingung dengan kejelasan proyek mass rapid transit atau MRT. Hingga kini, belum ada pemberitahuan lebih lanjut tentang nasib para pegawai berkaitan dengan penggusuran stadion tersebut untuk dijadikan depo MRT.

"Sampai sekarang, belum ada pemberitahuan lebih lanjut. Kami masih melakukan agenda yang ada hingga tanggal 3 November berkenaan ujian CPNS Dinas Pendidikan," ujar Kepala Badan Layanan Umum Daerah Stadion Lebak Bulus Suratmin, Kamis (10/10/2013).

Suratmin mengatakan, para pegawai merasa nasib mereka digantungkan karena tak kunjung ada kejelasan tentang proyek MRT. Mereka sebagai pegawai menunggu keputusan dari atasan mereka.

"Sebenarnya, ini rasanya seperti digantung ya. Kita tahunya lewat televisi, lewat media, kami sendiri belum tahu," ujar Koordinator Operasional Stadion Lebak Bulus Santo (45).

Santo mengatakan, ada 70 pegawai dan sekitar 60 tenant perusahaan di Stadion Lebak Bulus. Jika memang terjadi penggusuran, para pegawai berharap hal itu tidak dilakukan mendadak.

Santo menuturkan, dalam perbincangan antara petugas keamanan, office boy, dan kepala operasional di depan kantor pelayanan, mereka berharap ada solusi selain penggusuran stadion. Mereka berharap stadion tempat mereka telah bekerja selama belasan tahun tidak digusur. Mereka berharap stadion tetap beroperasi sejalan dengan MRT, misalnya dengan perubahan desain.

Sebelumnya, ada rencana untuk pemindahan atau pemberian pesangon kepada pegawai jika stadion itu jadi digusur. Pesangon akan diberikan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta dengan jumlah tertentu tergantung lama kerja.

Para pegawai di sana sebenarnya mengeluhkan gaji yang diberikan sekarang. Sejumlah office boy dan satpam mengatakan, gaji yang mereka dapat berkisar Rp 1,5-1,7 juta, masih di bawah upah minimum provinsi.

Santo mengatakan, selama ini, penghasilan utama stadion itu berasal dari biaya penggunaan stadion oleh pengunjung. Dana itu digunakan untuk membayar biaya operasional dan gaji pegawai. Adapun dana APBD yang diserap oleh stadion hanya digunakan untuk membayar tagihan telepon dan listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Megapolitan
Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com