Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Holly Tinggalkan Banyak Jejak

Kompas.com - 17/10/2013, 08:13 WIB

 


JAKARTA, KOMPAS.com —
Kriminolog Universitas Indonesia Erlangga Masdiana mengatakan, pembunuhan Holly jelas kejahatan yang dilakukan secara tidak profesional.

"Pelaku salah satunya adalah sopir seseorang yang diduga punya hubungan personal dengan Holly. Pelaku lebih dari satu orang yang menyebabkan banyak saksi meskipun itu saksi pelaku. Kemudian, kematian Holly juga tidak cepat, banyak unsur penganiayaan. Dugaannya, pelaku tidak tahu cara cepat membunuh korban," kata Erlangga, di Jakarta, Rabu (16/10/2013).

Hal senada diungkapkan psikolog forensik Reza Indragiri Amriel.

"Sejak awal, saya menduga, kasus ini adalah penganiayaan yang menjadi collateral damage. Namun, begitu ada info pelaku yang tertangkap menyiapkan peti mati, saya berpendapat ini adalah pembunuhan berencana dengan menggunakan pembunuh bayaran," kata Reza.

Akan tetapi, menurut Reza, pembunuhan tersebut tidak efektif dan efisien. Misi pembunuhan yang bertujuan menghindari hukum ternyata justru menebarkan banyak bukti yang bisa menjerat pelaku.

Barang bukti yang dikumpulkan polisi, di antaranya batang besi penuh darah, jejak kaki, dan handuk yang dibiarkan tergelantung di pagar besi, sampai fakta bahwa pembunuh menyewa tempat di menara yang sama dengan Holly, menunjukkan cara kerja yang tidak profesional. Terlebih dugaan bahwa salah satu dari empat pembunuh, yaitu Elrisky Yudhistira (34), terjatuh dan tewas saat mencoba melarikan diri dari unit apartemen Holly.

Menurut Reza, dalam kasus-kasus yang menggunakan pembunuh bayaran, motif terbanyak yang ditemukan adalah untuk mengakhiri relasi. Relasi yang dimaksud bisa saja sebuah skandal yang terancam terbongkar, kehamilan di luar nikah, dan banyak lagi. Erlangga juga menyinggung adanya faktor kecemburuan yang terselip dalam relasi intens antardua manusia.

"Faktor kecemburuan jelas mungkin terjadi. Apakah pasangan mendua atau lainnya. Di sisi lain, kemungkinan korban adalah orang yang banyak tahu tentang pelaku atau otak pembunuhan terencana. Informasi yang dimilikinya itu bisa amat berbahaya bagi korban," kata Erlangga.

Berdasarkan analisis Reza dan Erlangga, kasus kematian Holly diyakini hanya terkait konflik antara korban dan pelaku atau otak pembunuhan terencana. Reza malah tegas mengatakan kasus Holly sama sekali tidak menyangkut isu besar, seperti terkait kasus korupsi simulator SIM yang melibatkan mantan pejabat di Mabes Polri. Atau terkait dugaan G, yang diduga suami Holly dan dituding sebagai otak kematian Holly, merupakan auditor BPK yang menangani kasus simulator SIM tersebut.

Erlangga menduga ketidakprofesionalan pelaku, termasuk otak perencana pembunuhan, tidak terkait dengan latar belakang G yang berpendidikan dan memiliki jabatan penting.

Menurut dia, rencana pembunuhan Holly dilatarbelakangi kepanikan sehingga pelaku tak berpikir jernih. (NEL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Rute Mikrotrans JAK99 Pulogadung-Lampiri

Megapolitan
Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com