Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pawang Topeng Monyet Kocar-kacir Dirazia di Jaktim

Kompas.com - 22/10/2013, 16:13 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suku Dinas Pengawasan dan Pengendalian Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur bersama personel satuan polisi pamong praja melakukan razia topeng monyet di kawasan Jakarta Timur. Petugas membawa seorang pawang topeng monyet, sementara pawang lain kocar-kacir melarikan diri.

Pantauan Kompas.com, Selasa (22/10/2013) siang, petugas yang mengendarai tiga unit mobil berhenti di perempatan lampu merah di Kebon Nanas arah Kalimalang, Jakarta Timur. Di sana terdapat dua pawang topeng monyet yang tengah mangkal dengan lokasi berdekatan. Melihat kedatangan petugas penertiban, salah satu pawang di depan pos polisi segera melarikan diri. Pawang lainnya berusaha melarikan diri ke arah pemukiman warga di Cipinang Cimpedak, sekitar 500 meter dari lokasi mangkalnya. Beberapa petugas satpol PP yang mengejarnya berhasil menangkap pawang bernama Apung (50) tersebut di pemukiman Cipinang Cimpedak.

Apung tak berkutik ketika petugas satpol PP membawanya beserta monyet dan peralatan atraksi primata tersebut. Warga asal Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tersebut kerap mangkal di seputar lampu merah perempatan arah Kalimalang, Kebon Nanas, Jakarta Timur. Dia mengaku tidak tahu mengenai kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk membebaskan Jakarta dari atraksi permainan itu menjelang tahun 2014.

"Enggak tahu saya, kalau dilarang ya saya pulang," kata Apung saat razia berlangsung.

Apung mengaku telah dua tahun menggeluti profesi itu. Dia mengatakan, sebelum menjadi pawang topeng monyet, dirinya bekerja sebagai tukang servis pada sebuah bengkel di Jakarta. Karena kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan lagi, ia memilih mencari uang dari usaha topeng monyet.

Apung menuturkan, ia membeli monyet bernama Acil dengan harga Rp 600.000. Dari atraksi topeng monyet, Apung mendapatkan uang Rp 50.000 per hari. Uang tersebut digunakannya untuk menafkahi keluarganya. "Buat cari makan. Anak 4, sekolah semua," kata Apung.

Dia berharap, apabila monyetnya disita, pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan pekerjaan pengganti untuknya. Jika diberi modal, maka Apung ingin membuka usaha tambal ban. "Asal ada modal saja saya buka tambal ban," ujar Apung.

Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Sudin Peternakan dan Perikanan Jakarta Timur Sabdo Kurnianto mengatakan, Apung akan dibina di Panti Dinas Sosial di Cipayung Jakarta Timur. Adapun monyet milik Apung akan dibawa ke Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Ragunan, Jakarta Selatan. "Kita lakukan ini supaya tahun 2014 Jakarta bebas monyet," ujar Sabdo saat penertiban tersebut.

Sabdo mengatakan, di Panti Sosial Cipayung, Apung akan dibina dan diberi keterampilan. Ia mengatakan, razia tersebut akan rutin berlanjut di beberapa titik kawasan Jakarta Timur hingga bebas dari topeng monyet. Razia hari ini juga dilakukan di kawasan UKI Cawang dan pawang topeng monyet di sana pun melarikan diri.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berencana menetapkan kebijakan larangan topeng monyet itu pada tahun 2014. Ia menilai permainan topeng monyet telah menyakiti fisik hewan tersebut. Jokowi menyatakan, primata tersebut akan dibeli dan ditempatkan di Taman Marga Satawa Ragunan, Jakarta Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Banjir di 18 RT di Jaktim, Petugas Berjibaku Sedot Air

Megapolitan
Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Kronologi Penangkapan Pembunuh Tukang Nasi Goreng yang Sembunyi di Kepulauan Seribu, Ada Upaya Mau Kabur Lagi

Megapolitan
Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Kamis Pagi, 18 RT di Jaktim Terendam Banjir, Paling Tinggi di Kampung Melayu

Megapolitan
Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Ujung Arogansi Pengendara Fortuner Berpelat Palsu TNI yang Mengaku Adik Jenderal, Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Paniknya Remaja di Bekasi Diteriaki Warga Usai Serempet Mobil, Berujung Kabur dan Seruduk Belasan Kendaraan

Megapolitan
Akibat Hujan Angin, Atap ICU RS Bunda Margonda Depok Ambruk

Akibat Hujan Angin, Atap ICU RS Bunda Margonda Depok Ambruk

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com