JAKARTA, KOMPAS.com -- Tangis IS (40) pecah saat menuturkan pelecehan seksual yang dialami putri sulungnya, AS (12). Ibu dua anak ini tak tahu harus berbuat apa setelah mengetahui putrinya mengalami pelecehan itu di sekolah. Tragisnya, perbuatan itu dilakukan oleh guru di sekolah itu, yakni KG.

IS tak habis pikir, mengapa pelecehan seksual bisa terjadi di sekolah dan melibatkan guru. Apalagi, setelah menyaksikan AS menangis histeris sesampainya di rumah sehabis pulang sekolah pada Senin.

”Anak saya teriak-teriak tidak mau dicium lagi sambil mengusap pipinya berkali-kali,” kata IS saat ditemui di rumahnya di daerah Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (30/10).

Sejak pulang dengan tangisan histeris, AS tidak lagi mau berangkat sekolah di SD Negeri 06 Kelapa Dua Wetan, Ciracas. Dia mengaku takut akan dirangkul dan diciumi lagi oleh guru Matematika itu.

Namun, AS sedih juga memutuskan tak masuk sekolah. Pasalnya, sebentar lagi ujian nasional SD digelar. ”Namun, mau apa lagi. Di sekolah, saya merasa sama sekali tak nyaman,” katanya.

AS, yang bertubuh agak bongsor untuk usianya, mengaku sudah 18 kali   dicumbui oleh KG. Biasanya dia mengalami perlakuan itu setelah jam pendalaman materi selesai, sekitar pukul 15.00.

Menurut AS, biasanya KG akan melarang dia pulang setelah jam pendalaman materi selesai. Setelah semua murid pulang, AS mengaku akan ditarik oleh KG ke barisan meja belajar siswa paling belakang.

Di sana, AS mengaku, tubuhnya dirangkul dan pipinya diciumi KG. Itu bisa berlangsung selama setengah jam sampai satu jam. Pada saat itu, KG hanya memberikan pesan agar AS giat belajar.

”Kalau saya nangis karena takut, dia (KG) akan rangkul saya dan menarik kepala saya ke dadanya,” katanya.

Kejadian terakhir, pada Senin lalu, merupakan pengalaman terburuk. Saat itu, kata AS, sedang hujan deras. Di dalam kelas hanya tinggal dia dan KG. Apalagi, kelas itu berada di lantai tiga sehingga nyaris tak ada orang yang melaluinya.

”Saya benar-benar takut saat itu,” ucap AS.

AS juga semakin takut lantaran belakangan ini KG kerap meminta untuk dicium. ”Saya tidak mau,” kata AS.

Ketakutan itu, diakui AS, telah coba dia sampaikan kepada wali kelasnya, Tialam Sinambela. ”Namun, Ibu Tialam hanya bilang, Pak KG cium saya itu sebagai tanda sayang,” katanya.

IS pun mengaku telah menyampaikan keberatan kepada pihak sekolah, tetapi tak ditanggapi. Para guru di SD Negeri 06 Kelapa Dua Wetan hanya menanggapi perhatian KG terhadap anaknya adalah hal wajar.

”Padahal, ini sama sekali tidak wajar. Bayangkan, anak saya sampai nangis histeris. Pastinya, dia sudah tidak nyaman sama sekali dengan perlakuan gurunya itu,” kata IS.