Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disayangkan, Sejarah Pajajaran Tak Banyak Dikenal

Kompas.com - 31/10/2013, 09:20 WIB
BOGOR, KOMPAS — Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro menyayangkan tidak banyak masyarakat yang mengetahui, memedulikan, dan mendalami Kerajaan Sunda Galuh dengan ibu kota Pakuan Pajajaran di Bogor. Ini merupakan kerugian bagi Indonesia sebagai bangsa yang kaya dengan budaya.

”Sebabnya, kebudayaan masih menjadi prioritas ke-20. Prioritas ke-1 sampai ke-10 masih politik,” kata Wardiman dalam acara Masamoan Pusaka Budaya Pakuan Pajajaran, di Universitas Pakuan, Rabu (30/10).

Informasi sejarah Sunda Galuh banyak dipelajari atau dikuasai mancanegara, terutama negara-negara yang pernah menjajah Indonesia, antara lain Portugis, Belanda, dan Inggris.

Menurut Wardiman, bangsa Indonesia kurang berani menggali informasi kembali sehingga pengetahuan soal kebudayaan atau peradaban menjadi amat minim.

Siapa lagi yang mampu melestarikan ingatan kebudayaan jika bukan manusia setempat. Dalam konteks Sunda Galuh, masyarakat Jawa Barat, khususnya Bogor, ditantang sejauh mana mampu melestarikan jejak peradaban salah satu kerajaan besar Nusantara itu.

Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini mencontohkan kujang sebagai salah satu bukti konkret hasil kebudayaan Sunda Galuh.

Ia meyakini, tidak banyak warga Bogor dan Jawa Barat yang menyadari sepenuhnya apa itu kujang. Mungkin sebagian warga cuma mengetahui bahwa kujang ialah nama tugu di Kota Bogor (Tugu Kujang) yang ada di pertigaan Jalan Otto Iskandar Dinata dan Jalan Pajajaran.

Padahal, kujang merupakan mahakarya seperti keris. Kujang dipercaya dibuat pada masa akhir Kerajaan Tarumanagara atau masa awal Kerajaan Sunda Galuh pada abad ke-8.

Kujang diyakini berakar dari masyarakat pertanian sehingga berfungsi sebagai perkakas agraris. Namun, karena dipakai kerajaan, kujang juga berfungsi sebagai jimat, pusaka, tetengger, dan pamungkas.

”Seperti keris, kujang memiliki arti penting bagi masyarakat Sunda. Kujang bukan senjata tajam, tetapi hasil kesempurnaan seni tempa,” kata Bibin.

Peter Carey, sejarawan asal Inggris yang 30 tahun meneliti Pangeran Diponegoro, mengatakan, Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi dengan keberadaan 60 persen penduduk usia produktif. Hal ini harus dimanfaatkan untuk kebangkitan banyak aspek, terutama kebudayaan, termasuk karya ilmiah sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com