Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prijanto: Jokowi Seharusnya Lapor ke KPK

Kompas.com - 07/11/2013, 15:55 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto mengatakan, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo seharusnya melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi tentang sengketa lahan di Taman Bersih, Manusiawi, Wibawa (BMW), Sunter, Jakarta Utara. Prijanto menilai, ada kejanggalan terkait pelepasan lahan di Taman BWM yang akan dibangun stadion sepak bola bertaraf internasional tersebut.

Menurut Prijanto, Jokowi dapat dikatakan terlibat dalam penyelewengan jika dia tidak melaporkan masalah itu kepada KPK. Prijanto menilai Jokowi sudah mengetahui ada yang tidak beres dalam proyek warisan dari gubernur sebelumnya, Fauzi Bowo. Dia mengatakan, Jokowi dapat meniru langkah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh, yang pernah melaporkan dugaan penyelewengan di kementeriannya kepada KPK.

"Sesungguhnya kalau pejabat tahu barang itu keliru, harusnya ditolak, tapi ini ikut dijalankan, berarti dia ikut serta. Pak Jokowi ini juga saya harapkan, kalau sudah tahu bahwa berita acara serah terima dan laporan SPH (surat pelepasan hak) itu bermasalah, ya melaporkan ke KPK," kata Prijanto seusai melaporkan masalah pelepasan lahan Taman BMW di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (7/11/2013).

Senada dengan Prijanto, Ketua Koordinator Nasional Solidaritas Nasional Antikorupsi dan Antimakelar Kasus Yurisman Star mempertanyakan sikap Jokowi dan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama yang tidak melaporkan kepada KPK tentang sengketa lahan ini. Dia mengatakan, masalah sengketa lahan BMW ini akan berlanjut jika tidak diselesaikan sekarang.

"Sekarang Wagubnya Ahok, dia tahu, kenapa dia lepas tangan? Begitu juga Gubernurnya. Memang dari awal yang kami sampaikan kasus korupsi ini atas nama Fauzi Bowo, pengembangnya terkait ini adalah Triatma, di sini ada manipulasi. Di sinilah elegannya pemerintahan sekarang, Jokowi-Ahok yang harusnya menyelesaikannya sekarang, tapi justru berhati-hati," kata Yurisman saat mendampingi Prijanto dan AM Fatma di Gedung KPK.

Mulanya, Prijanto enggan menyebut siapa pihak yang dilaporkannya kepada KPK. Namun, menurut Yurisman, yang bertanggung jawab atas dugaan penyelewengan pelepasan lahan BMW itu adalah mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

"Bukti yang diserahkan ke KPK ini tidak main-main, yakni bukti tertulis adanya BAST (berita acara serah terima), adanya SPH (surat pelepasan hak), dan beberapa rekaman serta data soal pengakuan dari pengembang yang tidak tahu itu, dan itu fiktif," ujar Yurisman.

Prijanto mengatakan, ia baru melaporkan masalah ini kepada KPK karena baru mengetahui masalah tersebut setelah ia mengundurkan diri dari jabatan wakil gubernur pada September 2012. "Saya baru mengerti ini justru setelah tidak jadi wagub, 14 September 2012, tiga minggu sebelum akhir jabatan. Kalau saya tahu ini sejak awal, pasti masuk di buku saya yang berjudul Kenapa Saya Mundur dan saya benar-benar tahunya awal 2013, ternyata begini," ujarnya.

PT Pandega Desain Weharima Rancangan Stadion Internasional Jakarta yang dibuat oleh PT Pandega Desain Weharima selaku pemenang sayembara desain stadion tersebut. Stadion ini direncanakan akan dibangun Taman BMW (Bersih-Manusiawi-Berwibawa) Sunter, Jakarta Utara.

Kejanggalan pelepasan Taman BMW

Menurut Prijanto, ada sejumlah kejanggalan dalam pelepasan lahan Taman BMW tersebut. Kejanggalan pertama, ada perbedaan antara luas lahan dalam BAST dari pengembang kepada Pemda DKI dan yang tercatat dalam surat pelepasan hak (SPH) dari pemilik tanah kepada pengembang. Dia mengatakan, menurut BAST, luas lahan yang akan digunakan sekitar 26 hektar. Adapun luas lahan yang sudah ada SPH-nya hanya 12 hektar.

"Surat pelepasan hak ada lima, kalau dijumlah cuma 12 hektar, padahal DKI Jakarta sudah mengumumkan sebagai aset 26 hektar. Terjadi pembohongan publik tidak?" kata mantan Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta tersebut.

Selain itu, Prijanto mengatakan, ada kejanggalan lain terkait nama jalan lokasi tanah yang tercantum dalam BAST. Nama lokasi lahan dalam BAST tersebut ada yang berbeda dengan nama jalan di lokasi sesungguhnya. "Tanah BMW itu ada di Patangguh, tapi 5 SPH di lampiran, ada 4 SPH yang di Kelurahan Sunter Agung. Jauh atau dekat, pikir sendiri ini benar atau salah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com