JAKARTA, KOMPAS.com — Sterilisasi jalur transjakarta dikeluhkan warga Jakarta membuat Jakarta semakin macet. Namun, Polda Metro Jaya menyatakan, kemacetan yang semakin parah akhir-akhir ini bukan karena kegiatan sterilisasi busway.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, kemacetan memang semakin parah dalam kurun waktu sepekan terakhir. Hal ini, menurutnya, karena banyaknya kegiatan yang berpusat di Jakarta.
"Lima hari ini Jakarta memang agak padat, bukan karena sterilisasi. Ada banyak acara dan libur sehingga banyak orang yang mengisi liburan ke sini," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Jumat (8/11/2013).
Rikwanto mengatakan, sejak dilakukannya sterilisasi pada 30 Oktober 2013, jumlah pelanggaran penerobos jalur transjakarta sudah berkurang. Tercatat, jumlah pelanggar penerobos jalur transjakarta sejak pemberlakuan sterilisasi mencapai 3.272 pelanggar.
"Meski denda maksimal belum diterapkan, kalau dipresentasekan, jumlah pelanggar berkurang hingga 74,4 persen," kata Rikwanto.
Koridor IX, dengan rute Pinang Ranti-Pluit, merupkan koridor dengan penyumbang terbanyak pelanggar penerobos jalur transjakarta. Tahun ini, tercatat 13.054 pelanggar ditindak di jalur tersebut. Jumlah ini lebih besar dibandingkan koridor rawan pelanggaran lainnya, seperti Koridor I, III, V, dan VI.
Sepanjang 2013, hingga November, ada 56.000 pelanggar yang telah ditindak. Saat ini, kata Rikwanto, Pemprov telah memanggil Kejaksaan, Pengadilan, dan Polda Metro Jaya untuk membahas penerapan denda bagi penerobos. Dia mengimbau agar masyarakat tidak takut dengan besaran denda.
"Yang takut kan, orang yang melanggar. Jadi tak perlu takut dan pesimis,'' ujarnya.
Wacana penerapan denda maksimal bagi penerobos mengundang banyak tanggapan. Salah satunya dari Indonesia Police Watch (IPW) yang khawatir denda ini akan menjadi "proyek baru" bagi sejumlah oknum polisi untuk melakukan pungli. Penerobos jalur transjakarta akan dikenai denda Rp 1 juta bagi pengendara roda empat, dan Rp 500.000 bagi pengendara roda dua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.