JAKARTA, KOMPAS.com —
 
Revitalisasi tiga sungai besar di Jakarta, yaitu Pesanggrahan, Angke, dan Sunter, mulai berdampak positif meskipun program pembangunan tersebut masih jauh dari sempurna. Warga perlahan merasa aman dan terjauhkan dari ancaman banjir.

Warga di sekitar proyek revitalisasi, khususnya di daerah aliran Sungai Pesanggrahan tepatnya di antara kawasan Cipulir di Jakarta Selatan hingga Pos Pengumben di Jakarta Barat, kini tak lagi dihantui banjir besar meskipun hujan deras terus mengguyur Jakarta.

”Memang belum selesai dan kalau hujan bantaran ini jadi berlumpur, tetapi air tak lagi meluap dan menggenangi rumah kami,” kata Hendranto, warga Kampung Baru V, Pesanggrahan.

Menurut Hendranto, aliran Pesanggrahan antara Cipulir-Pos Pengumben selama ini berkelak-kelok dengan total panjang bisa lebih dari 3 kilometer. Revitalisasi yang kini tengah berlangsung memangkas beberapa kelokan sungai, menambah lebar sungai, serta mempertinggi turap kanan dan kiri sungai.

Di lapangan, program revitalisasi ini memang masih berjalan. Balok-balok beton dipasang berderet untuk memperkuat dinding sungai. Lebar sungai yang menyempit hingga 2-3 meter saja kini ditambah hingga 5-6 meter. Sungai juga dikeruk karena adanya pengendapan lumpur dan sampah membuat kedalaman kali saat ini hanya 1-1,5 meter saja.

Namun kondisi berbeda justru ditemui di ruas Jalan Swadarma tepatnya di depan kompleks perumahan dan universitas yang baru dibuka di kawasan itu. Jalan Swadarma yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari Sungai Pesanggrahan itu sekarang selalu terendam air ketika hujan deras datang. Akibat seringnya terendam, lapisan aspal di depan perumahan dan universitas itu pun rusak.

Di Kelurahan Petogogan, warga RW 003 sejak dua pekan lalu sudah disiagakan untuk menghadapi banjir. ”Begitu mendekati musim hujan, kami sudah koordinasi dengan instansi-instansi terkait untuk hadapi banjir. Seperti tempat pengungsian, dapur umum, sampai kesehatan dan keselamatan warga sudah disiapkan. Karena RW 003 ini sebagian RT-nya dekat sekali dengan bibir sungai dan selalu kena banjir kalau sungai meluap,” kata Lurah Petogogan Kuswara.

Fatimah (70), perempuan asal Takengon, Aceh, yang telah 50 tahun menetap di Petogogan, mengatakan sudah capek menjadi korban banjir. ”Kami siap ditata asal di tempat yang baru dipastikan lebih baik,” katanya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui, fungsi gorong-gorong di Jakarta tidak maksimal. ”Ada banyak kabel di dalam gorong-gorong, seperti listrik, telepon, fiber optik, yang tidak disatukan dalam ducting. Volume air yang ditampung gorong-gorong jadi berkurang,” katanya.

Galian kabel di tepi jalan juga tidak selalu dirapikan kembali seperti semula. Pemprov DKI Jakarta tengah mempertimbangkan mengenakan sanksi bagi instansi yang menggali saluran kabel dan tidak merapikan kembali seperti semula.

Pemprov DKI Jakarta mengakui, banyak langkah yang sudah dilakukan untuk menangani banjir selama setahun terakhir. Namun, seperti dikatakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sebelumnya, banjir tidak akan tiba-tiba hilang dari Jakarta. Proses penanganan banjir masih panjang dan akan terus berjalan.

Selain perbaikan gorong-gorong, pekerjaan yang masih berjalan sekarang, antara lain pengerukan sungai, waduk, saluran makro, dan saluran penghubung; pembuatan sumur resapan; dan pembersihan sampah di selokan.

Sementara dari prakiraan cuaca Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II BMKG Ciputat menyebutkan, selama dua hari ini, Senin dan Selasa, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang bakal diguyur hujan. (NEL/FRO/RAY)