Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Tertawa Dituding Buruh Bela Pengusaha

Kompas.com - 12/11/2013, 12:50 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Buruh menuding Gubernur DKI Jakarta memihak kepada pengusaha terkait penetapan UMP DKI 2014 sebesar Rp 2,4 juta. Mendengar tudingan itu, Basuki tertawa.

"Makanya, menurut saya, itu kan satu tudingan yang asal ngomong dan lucu, ha-ha-ha," kata Basuki sambil tertawa di Balaikota Jakarta, Selasa (12/11/2013).

Basuki menjelaskan, dahulu, saat DKI mengambil terobosan dengan meningkatkan nilai UMP tinggi dari nilai tahun sebelumnya pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, yang mencapai 45 persen, Jokowi bersama Basuki tak henti-hentinya mendapat kecaman dari pengusaha. Saat itu, buruh justru mengelu-elukan dan memuja-muja nama Jokowi-Basuki.

Sekarang, saat Pemprov DKI mengambil langkah menetapkan nilai UMP yang tidak jauh beda dengan angka KHL, buruh justru berbalik menuding Jokowi-Basuki pro kepada pengusaha.

Pria yang akrab disapa Ahok itu kemudian menjelaskan, kenapa angka UMP tahun ini tidak melonjak seperti tahun lalu. Sebab, sudah lima tahun lamanya, nilai UMP berada di bawah nilai KHL. Seharusnya, para buruh itu dapat berterima kasih kepada pemerintah, bukan justru menuntut hal yang tidak mungkin terealisasi. Terlebih lagi, selain nilai UMP, buruh juga mendapatkan beberapa jaminan, seperti jaminan Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP), dan rumah susun.

"Makanya, mereka kayak mau menang sendiri aja gitu loh. Saya berantem sama Apindo, kamu mengelu-elukan kita. Padahal, saya bukan membela Anda juga, saya hanya mengatakan KHL lima tahun dizalimi ya harus diluruskan," tegas Basuki.

Tidak hanya itu, lanjutnya, Pemprov DKI mengharapkan industri padat karya, seperti industri garmen, bisa pindah dari wilayah DKI Jakarta, mencari lokasi di luar Ibu Kota agar dapat menyesuaikan UMP dengan kemampuan finansial usaha. Industri garmen harus pindah dari Jakarta karena pihak pengusaha industri garmen tidak mungkin bisa membayarkan gaji pekerjanya memenuhi KHL di DKI.

Pemindahan lokasi usaha tersebut bukan karena tidak membela buruh, melainkan tetap harus melihat dari sisi pengusaha yang menjalankan usaha mereka. Apabila tiba-tiba besaran UMP atau KHL ditingkatkan terlalu tinggi, kondisi tersebut dikhawatirkan akan membuat pengusaha atau investor hengkang dari Jakarta.

"Sebenarnya, DKI menginginkan industri yang ada di Jakarta lebih mengarah pada industri high technology. Misalnya, servis alat berat, alat kesehatan, atau industri yang dibutuhkan untuk memacu pembangunan Kota Jakarta," kata Basuki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Polisi Temukan Dua Luka di Kepala Wanita yang Tewas Bersimbah Darah di Bogor

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Pembunuh Wanita di Bogor Ternyata Suaminya Sendiri

Megapolitan
Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Diduga Korban Pembunuhan, Wanita di Bogor Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

[POPULER JABODETABEK] Polisi Hentikan Kasus Aiman Witjaksono | Pengakuan Sopir Truk yang Tabrakan di GT Halim Utama

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com