JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang anak diduga tewas di tangan ayah kandungnya sendiri. Z, anak balita berusia 1,7 tahun, mengembuskan napas terakhir sehari setelah sang ayah, LL (23), melakukan penganiayaan terhadapnya.
F (23), istri pelaku, menuturkan bahwa peristiwa berawal ketika anak bungsu mereka mengalami sakit panas dan dibawa ke sebuah klinik tak jauh dari kediaman mereka, Sabtu (30/11/2013) malam. Selepas pulang berobat, anak kedua mereka itu kemudian dibawa pulang ke rumah.
Pada Minggu (1/12/2013) pagi, suaminya kemudian memberi makan sang anak dengan cara disuap. Namun, ketika itu, korban sedang tak mau makan. Entah apa yang merasuki pikiran LL, kondisi itu membuat pelaku geram dan tega menganiaya korban.
"Tangannya dicengkram, waktu nasinya sudah masuk mulut, Z dibekap sambil nyuruh ditelen," kata F kepada wartawan, di kediamannya yang berlokasi di Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, Selasa (3/12/2013).
Belum berhenti di sana, lanjut F, paha kanan anak balita tersebut juga dipukul dengan tangan oleh suaminya. LL juga mengangkat Z lalu membuang tubuh korban ke kasur kapuk yang ada di dalam kamar.
"Waktu dilempar, saya yang angkat," ujar F.
Setelah melakukan perbuatan itu, lanjut F, suaminya sempat keluar rumah. Tak lama berselang, pelaku datang kembali dan melanjutkan tindakan tersebut. "Masuk lalu marah dan menyeret Z, terus dipangku. Sambil ngomel lagi, bapaknya nyuruh tidur, marah lagi terus ditabok mukanya," ujar F.
Akibat pukulan sang ayah, Z mengalami luka pada bagian bibir. Ia sempat menggendong anaknya dan mengompres bibir anaknya yang luka akibat kekerasan pelaku. Sore harinya, pelaku kembali melakukan kekerasan terhadap sang anak dengan memukul korban menggunakan remote televisi.
F tak banyak berbuat atas apa yang dilakukan sang suami karena takut, dan mengetahui suaminya yang temperamental. "Kebiasaan suami saya marah-marah ke Z ini yang paling parah. Kondisi Z juga sakit-sakitan," ujar F.
Karena khawatir dengan keselamatan anak, F berinisiatif pulang ke rumahnya di Bojong, Bogor, Jawa Barat, untuk menemui orangtuanya pada Senin (2/12/2013) pagi. Namun, saat F berada di rumah orangtuanya, adik pelaku, H (22), memberitahukan kabar duka bahwa korban telah meninggal dunia.
"Kalau saya tidak pergi, mungkin dia enggak meninggal," sesal F.
Senin malam, pihak keluarga pun memakamkan korban di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelapa Dua Wetan, Jakarta Timur. Hari itu juga, F bersama tetangganya melaporkan kejadian tersebut di Mapolres Metro Jakarta Timur.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Ajun Komisaris Endang mengatakan, pihaknya tengah menyelidiki kasus tersebut. "Berdasarkan laporannya, ibu korban ini melihat anaknya dibanting," ujar Endang.
Endang mengatakan, pihaknya akan melakukan otopsi terhadap Z untuk mengetahui penyebab korban meninggal. Polisi pun meminta izin dari pihak keluarga untuk menggali kembali makam dan melakukan otopsi.
"Langkah-langkah yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur. Tim sedang meminta izin untuk mengotopsi korban," ujar Endang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.