Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki Ngaku Pernah "Dipalak" Rp 5 Miliar

Kompas.com - 30/12/2013, 10:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku pernah mau dipalak "preman berdasi" Mahkamah Agung (MA) Rp 5 miliar. Modusnya, sang preman menawari bisa memenangkan gugatan sengketa Pilkada Gubernur Bangka Belitung.

Saat itu, tahun 2007, kata Ahok, dia memang tengah mengajukan gugatan ke MK setelah kalah dalam Pilgub Bangka Belitung yang ditengarai penuh kecurangan.

Dia mengaku kaget ketika seseorang oknum menawarinya bisa mengatur kasus dengan memenangkan sengketa yang diajukan Ahok asal menyerahkan uang Rp 5 miliar. Namun, tawaran itu ditolak Ahok yang kala itu dicalonkan Partai Indonesia Baru.

Ahok bercerita itu lantaran "preman berdasi" yang notabene adalah oknum di instansi itu membuat dia dan para pencari keadilan lain geram.

Aksi premanisme di tubuh intansi hukum dan instansi pemerintah itu merupakan salah satu fenomena yang baru akan tuntas jika ada kemauan kuat dari pemerintah untuk membumihanguskan aksi premanisme di Indonesia.

Dia pun salut kepada KPK yang berhasil menangkap aksi premanisme kelas kakap di Mahkamah Konstitusi dengan menangkap ketuanya Akil Mochtar.

Wakil Gubernur DKI ini pun geram karena aksi premanisme juga tumbuh subur di Jakarta, dengan menyasar masyarakat kecil di angkutan umum, pasar-pasar, pertokoan, dan dalam tanah sengketa.

Di lapangan, salah satu aksi premanisme dikeluhkan para pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kepada Warta Kota, beberapa pedagang mengaku setiap hari dipungut iuran oleh beberapa oknum berbeda.

"Kalau dulu sama preman, sekarang sama preman juga tapi mereka berseragam," kata seorang pedagang yang ditemui kemarin. Petugas keamanan yang dia maksud merupakan petugas keamanan setempat.

Setiap hari, kata lelaki itu, jumlah pihak keamanan yang datang meminta 'jatah' jumlahnya paling sedikit lima orang. "Kadang sampai puluhan orang. Dari yang masih bertugas sampai yang tidak tugas pada minta. Demi keamanan di sini, saya kasih mereka."

Uang yang diminta oknum-oknum tersebut beragam. "Ada yang Rp 15.000, Rp 10.000 sampai Rp 5.000. Sehari, paling tidak saya keluar uang Rp 100.000 untuk ngasih uang ke mereka," katanya.

Pedagang lain mengungkapkan hal sama. Meskipun dia berjualan secara berkeliling, dia sering dimintai jatah. "Sehari bisa sampai Rp 40.000," katanya.

Ia pun tidak bisa berbuat banyak karena di sanalah tempat baginya mencari nafkah. "Ya kalau pas dapatnya dikit saya bilang dagangan lagi sepi. Saya kasih seadanya saja," tutur pria asal Bogor itu. (m16/suf/fha/sab)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com