Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggul Kanal Barat Rawan, Perawatan Minim

Kompas.com - 02/01/2014, 08:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — 
Konstruksi tanggul Kanal Barat Jakarta rawan jebol. Setelah tanggul di Jalan Latuharhary jebol, kini tanggul di ruas Bendungan Hilir ambles. Peristiwa ini merupakan peringatan alam serius. Jika tidak, bencana banjir awal tahun 2013 bisa terulang kembali.

Ahli hidrologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, menyampaikan ancaman bahaya tersebut. Menurut Firdaus, kerawanan tanggul Kanal Barat disebabkan oleh sejumlah hal.

”Konstruksi tanggul dibuat tak sempurna. Sebab, dinding beton sisi tanggul tak sampai menyentuh lapisan tanah keras sehingga rentan bermasalah,” kata Firdaus Ali, Rabu (1/1), di Jakarta.

Lapisan tanah yang dimaksud kedalamannya mencapai 25 meter. Sementara menurut pengamatannya, kedalaman dinding beton sisi tanggul hanya sekitar 9 meter. ”Kalau tidak sampai mendalam dinding betonnya, harus ada penahan beton di sisinya,” kata Firdaus.

Hal ini diperparah dengan perawatan dan pengawasan tanggul yang minim. Pengawasan seharusnya dilakukan setiap enam bulan sekali secara langsung dengan menggunakan bantuan alat pendeteksi. Persoalan ini sering diabaikan, ujar Firdaus, karena pemerintah tidak pernah mengalokasikan anggaran secara khusus dan serius.

Padahal, di sejumlah ruas, usia konstruksi tanggul sudah tua. Salah satu ruas yang sudah termakan usia ada di Kelurahan Bendungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang. Di ruas itulah, pada 31 Desember 2013 pukul 09.00, tanggul Kanal Barat ambles sepanjang sekitar 100 meter. Letaknya hanya sekitar 10 meter dari Pos Pemantau Pintu Air Karet. Sebagian dinding tanggul ambruk ke sisi kanal. Akibat peristiwa ini, empat mobil terperosok dan nyaris masuk ke aliran kanal.

Berdasarkan pemantauan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, kondisi tanggul miring beberapa hari terakhir. Konstruksi tanggul juga tidak menggunakan penopang yang kuat sehingga rawan longsor, terutama saat musim hujan. Kondisi itu makin memprihatinkan karena kawasan pinggir tanggul menjadi penyimpanan material milik Suku Dinas Perumahan Jakarta Pusat dan mobil milik warga.

Tidak mengira

Abdul Manan (50), warga setempat, tidak mengira dinding tanggul ambruk. Selama ini dia mengira tanggul aman-aman saja. Abdul Manan mendirikan warung makan di sisi timur lokasi kejadian.

Abdul menduga peristiwa ini terjadi karena beban berat material di atas tanggul. Material yang dimaksud berupa batu yang dipakai untuk perbaikan drainase di kawasan permukiman di sisi selatan tanggul. Beban tersebut bertambah dengan adanya sejumlah kendaraan yang parkir di atas tanggul.

Sejauh ini, kata Abdul, tidak ada yang melarangnya mendirikan warung di sana. Begitu pun dengan pemanfaatan area tanggul untuk parkir kendaraan. ”Lebih baik cepat diperbaiki agar kerusakannya tidak melebar,” kata Abdul.

Peringatan alam

Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, kekuatan semua tanggul di DKI Jakarta mendesak diperiksa.

”Dalam dua bulan terakhir sudah ada dua tanggul bermasalah. Di Latuharhary dan Benhil. Ini peringatan alam yang sangat serius,” kata Nirwono.

Nirwono mengatakan, seharusnya tidak sulit memeriksa kekuatan tanggul. Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta sudah memiliki data terkait keberadaan dan jumlah tanggul di Jakarta.

”Sumber daya manusia yang khusus menangani ini juga sudah dibentuk. Hanya satu kelemahan yang sulit dibenahi, yaitu kemauan mengurus,” ujarnya.

Keadaan itu jelas berbahaya. Nirwono mengatakan, tanggul di DKI Jakarta mayoritas dekat perkampungan padat penduduk. Akibatnya, kawasan sekitar tanggul rentan diserobot warga, baik untuk menyimpan barang maupun penampungan sampah.

Nirwono menambahkan, karena keberadaannya yang dekat dengan jalan besar dan rel kereta api yang rentan getaran, usia tanggul rentan semakin pendek. Contohnya bisa dilihat dari beban berat yang diderita Tanggul Sunter, Cakung, dan Latuharhary. Sering kali perbaikan dilakukan setelah terjadi kerusakan. (NDY/CHE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com