JAKARTA, KOMPAS.com - Bandara Halim Perdanakusuma dijadwalkan melayani penerbangan komersial mulai Jumat (10/1/2014). Hal ini diharapkan bisa mengurangi permasalahan penundaan keberangkatan (delay) dan over kapasitas penumpang yang terjadi di Bandara Internasional Soekarno- Hatta. Namun, Air Chief Marshal (ret) Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim menilai hal tersebut bukanlah suatu solusi yang tepat sebab Bandara Halim dirancang sebagai bandara khusus untuk kegiatan militer.
"Halim didesain untuk khusus militer. Dia runway-nya cuma satu, taxy way-nya enggak ada, apron sebagai tempat naik-turun pesawat juga kecil," kata Chappy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/1/2014).
Selain itu, akses menuju bandara juga tidak luas. Menurut Chappy, sangat tidak layak menampung kemungkinan lalu lintas kendaraan yang tinggi menuju ke bandara. Hal itu dikarenakan jalan menuju Halim itu sempit.
Chappy memaparkan, akan banyak yang dikorbankan jika tetap memfungsikan Halim sebagai bandara komersial. Di antaranya sebagai pangkalan militer, di sana merupakan tempat latihan sekolah penerbang serta personel TNI AU dan AL untuk berlatih atraksi terjun payung. Jika telah dijadikan bandara komersial, maka sekolah penerbangan pun terpaksa tersingkir.
"Yang seharusnya untuk latihan, tapi sekarang disuruh minggir untuk tumpahan penumpang," kata Chappy.
Selain itu, menurutnya, Halim bukanlah bandara biasa, tetapi subsystem dari sistem pertahanan nasional. Di sana ada Markas Besar Komando Pertahanan Udara Nasional, Skuadron Udara, Skuadron Teknik Pemeliharaan Pesawat, Batalion Tempur Korps Paskhasau, serta menjadi tempat penerbangan khusus seperti penerbangan tamu negara dan VVIP atau penerbangan tanggap bencana nasional. Maka, menurutnya, pengalihan fungsi Bandara Halim akan memengaruhi pertahanan nasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.