Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Merusak Tanggul dan Jalan di Jakarta dan Kota Sekitar

Kompas.com - 17/01/2014, 08:16 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com - Hujan deras dan banjir di Jakarta dan sekitarnya merusak jalan dan tanggul. Tanggul kali dan kanal serta sejumlah ruas jalan mendesak diperbaiki. Akibat kerusakan ini, warga terus terancam banjir dan mobilitas mereka terganggu.

Di Jakarta, hingga Kamis (16/1/2014), perbaikan tanggul Kanal Barat di Bendungan Hilir dan Latuharhary belum selesai. Perbaikan tanggul di dua lokasi ini paling cepat diselesaikan akhir bulan Januari. Pekerja berkejaran dengan waktu untuk menghindari dampak lebih buruk karena puncak hujan akan terjadi hingga pertengahan Februari.

Bukan hanya tanggul, dampak banjir juga membuat ruas jalan Ibu Kota rusak. Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta mencatat, 13 lokasi jalan rusak berat, 45 rusak ringan, dan 10 lubang jalan yang membahayakan pengendara kendaraan. Perbaikan jalan terpaksa dilakukan sepanjang hari, termasuk hari kerja. Sebab, jika hujan, pekerja tidak dapat memperbaiki jalan rusak.

”Dampaknya, arus lalu lintas menjadi terganggu, tetapi itu tidak lama,” kata Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas PU DKI Jakarta Juaini.

Di Kota Tangerang, tanggul Kali Angke di Perumahan Puri Kartika Baru, Ciledug, Kota Tangerang, yang jebol awal pekan ini masih dibiarkan. Akibatnya, ratusan rumah warga kembali kebanjiran. Tidak hanya itu, dorongan arus air mengakibatkan sebuah rumah yang dindingnya bersatu dengan tanggul Kali Angke ikut jebol setinggi 1 meter dan lebar 75 sentimeter.

”Sejak jebol dari Senin (13/1) hingga Kamis ini belum ada satu pun dari pemerintah setempat dan instansi terkait datang melihat tanggul yang jebol,” kata AW Purwoko (51), warga RT 006 RW 009, di lokasi tanggul jebol.

Tanggul yang jebol itu dibuat tahun 1993 saat perumahan tersebut dibangun. Selanjutnya, Pemerintah Kota Tangerang membangun tanggul baru yang lebih kokoh sepanjang 600 meter dari kebutuhan 800 meter untuk membentengi perumahan yang berbatasan langsung dengan kali tersebut. ”Masih ada sisa 200 meter yang belum selesai direnovasi pemerintah. Makanya, tahun lalu, warga merenovasi dengan menambah tinggi tanggul,” ujarnya.

Kerusakan jalan juga terjadi di Kota Bogor selama hujan berintensitas tinggi melanda kawasan itu. Sejumlah jalan yang rusak itu belum diperbaiki. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor memperkirakan, kerusakan jaringan jalan kota selama musim hujan mencapai 10 persen. ”Begitu musim hujan lewat, yang menjadi tanggung jawab kami segera dikerjakan,” kata Sekretaris Kota Bogor Ade Syari Hidayat.

Di Kabupaten Bogor, kerusakan jalan terjadi di Narogong atau dari Cibinong sampai Cileungsi. Sejumlah pengguna sepeda motor terperosok ke lubang sehingga membuat pengendara nyaris terjungkal. Suara keras akibat bagian bawah mobil dan truk yang membentur dan merusak aspal karena lubang juga terdengar.

Modifikasi cuaca

Pada saat yang sama, hujan lebat diperkirakan berlangsung di Jakarta dan sekitarnya sampai pertengahan Februari. Untuk mengurangi potensi banjir, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melakukan modifikasi cuaca. Langkah ini dilakukan sejak Selasa dengan menebarkan garam di awan. Targetnya dapat mengurangi potensi hujan lebat hingga 30 persen.

Namun, langkah ini dipertanyakan manfaatnya. Di tengah cuaca ekstrem yang melanda Jakarta dan sekitarnya, modifikasi cuaca tersebut tidak terlalu berpengaruh. Ukuran keberhasilan modifikasi cuaca dengan biaya Rp 20 miliar itu sulit ditetapkan.

Kepala Laboratorium Afiliasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia Sunardi berpendapat, modifikasi cuaca secara ilmiah bisa mengurangi potensi hujan lebat dengan mengalihkan posisi hujan. Namun, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan perhitungan yang tepat.

”Jika salah prediksi, bisa salah penanganan sehingga memperburuk dampak banjir,” kata Sunardi. Menurut dia, lebih baik dana modifikasi cuaca dimanfaatkan untuk penanganan banjir yang dibutuhkan.

Anggota DPRD DKI Jakarta, Sanusi, berpendapat serupa. Keberhasilan modifikasi cuaca sulit diuji. ”Kegiatan ini harus terus diawasi karena dana yang dipakai tidak sedikit,” kata Sanusi.

Hingga Kamis malam, hujan lebat masih mengguyur sebagian wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sementara masih ada 40 RW di 10 kelurahan yang terendam banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta mencatat, masih ada 2.000 pengungsi di 20 pengungsian.

Wilayah yang masih tergenang di antaranya Bidara Cina, Kampung Melayu, Pengadegan, dan Rawa Buaya.

Terkait dampak bencana, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo belum menghitungnya. Namun, dia yakin kerugian material akibat banjir sepanjang 2014 ini jauh lebih kecil daripada kerugian tahun lalu. ”Penanganan banjir kali ini lebih baik,” ujar Jokowi. (RTS/PIN/MKN/NEL/PRA/BRO/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com