Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika "Commuter Line" Mogok Tanpa Penjelasan...

Kompas.com - 21/01/2014, 08:28 WIB
Heru Margianto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.comCommuter line menjadi transportasi andalan bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota satelit Jakarta, terutama bagi mereka yang mengutamakan efisiensi waktu dan tak mau buang energi bermacet-macetan di jalan raya. Tarif yang murah menjadikan commuter line semakin menjadi primadona. Jadwalnya pun banyak pilihan. Tetapi, jangan tanya bagaimana nasib penumpang jika kereta listrik ini mengalami gangguan: terkatung-katung tanpa kejelasan.

Beberapa waktu lalu, misalnya, penumpang jurusan Depok-Bogor terjebak sekitar 4 jam akibat kereta mogok di dekat Stasiun Universitas Indonesia. Yang selalu berulang tiap kali kereta mengalami gangguan adalah tidak adanya penjelasan dari para petugas. Hal itu pula yang dialami para penumpang commuter line jurusan Bekasi-Jakarta Kota, Selasa (21/1/2014) pagi.

Kereta yang berangkat sekitar pukul 05.40 WIB dari Stasiun Bekasi tiba-tiba berhenti menjelang Stasiun Klender sekitar pukul 06.00 WIB. Pendingin udara dan kipas angin mati. Lampu juga menyusul kemudian, mati.

Sekitar 30 menit menunggu, tak ada penjelasan dari para petugas kereta api. Gerbong yang penuh penumpang terasa pengap dan panas. Di luar, hujan turun dengan deras. Para penumpang membuka pintu dan jendela. Belum ada juga penjelasan tentang kelanjutan perjalanan kereta.

"Alamat enggak jelas nih nasib kita," keluh seorang penumpang.

Tak sabar menunggu tanpa kejelasan, sejumlah penumpang memutuskan turun dan melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum lain. Persis di sisi berhentinya kereta, kebetulan ada halte bus transjakarta. Ke sanalah para penumpang menuju menembus hujan deras.

Dari luar kereta, Kompas.com melihat pantograf kereta di gerbong kedua dari belakang turun. Pantograf adalah alat yang mengalirkan listrik dari kabel yang membentang di atas rel ke gerbong kereta. Nina, seorang penumpang di gerbong itu yang juga memilih turun, bercerita, dari jendela ia melihat percikan cahaya di atas gerbongnya.

"Pantografnya korslet. Biasanya begitu," kata Nina, saat menunggu di halte bus transjakarta.

Sekitar 30 menit menunggu, bus transjakarta tak kunjung datang. Tiba-tiba, para penumpang berteriak, "Keretanya jalan."

Sontak puluhan penumpang di halte bus transjakarta berlarian mengejar kereta. Commuter line berhenti sesaat di Stasiun Klender. Tak semua penumpang kembali terangkut. Sejumlah penumpang berteriak memaki. Commuter line terus meluncur tanpa peduli.

"Nasiiibbb, sudah enggak ada penjelasan, ditinggal pula," keluh seorang penumpang.

Celananya basah kuyup disiram hujan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com