"Ya begitu," ujarnya di Balaikota Jakarta, Senin (10/3/2014).
Jokowi tak menjelaskan, sejauh mana rekannya tersebut terlibat dalam pengadaan ratusan bus yang diketahui berkarat tersebut. Dia hanya menegaskan bahwa kasus tersebut telah selesai diinvestigasi di Inspektorat Pemprov DKI dan hasilnya telah diserahkan ke Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan untuk segera ditindaklanjuti.
"Kalau BPKP enggak selesai, baru deh kita beri ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Ini kan masih proses di BPKP," ujarnya.
Munculnya nama seorang mantan tim sukses Jokowi ketika dia masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta tersebut berawal dari pemberitaan salah satu media massa nasional. Di dalam artikel tersebut, sang oknum ditengarai menjadi makelar dalam pengadaan bus.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 5 dari 90 bus transjakarta dan 10 dari 18 BKTB yang didatangkan Pemprov DKI terbukti mengalami kerusakan di beberapa komponennya. Misalnya, banyak komponen berkarat, berjamur, dan beberapa instalasi tampak tidak dibaut. Bahkan, ada bus yang tidak dilengkapi dengan fanbelt mesin dan AC.
Kondisi itu memicu tidak beroperasinya sejumlah unit bus seusai diluncurkan Jokowi beberapa waktu lalu itu. Banyak mesin bus yang cepat panas, mesin sulit dinyalakan, proses kelistrikan sulit karena korosi di kepala aki. Bahkan, ada bus yang tabung apar pendingin mesinnya tiba-tiba meledak, dan persoalan lain.
Usut punya usut, ditemukan pula kejanggalan dalam proses pengadaan bus. Pihak yang mendatangkan bus, yakni PT San Abadi, bukanlah pemenang tender. Terungkap bahwa PT San Abadi merupakan subkontraktor PT Saptaguna Dayaprima, satu dari lima pemenang tender.
Hal ini dipertanyakan, mengingat situasi demikian memungkinkan adanya mark-up anggaran tender. Kasus tersebut telah ditangani Inspektorat Pemprov DKI Jakarta. Beberapa pejabat yang terlibat pengadaan bus telah diperiksa, antara lain mantan Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristono dan Sekretaris Dinas Perhubungan Drajat Adhyaksa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.