Kepala UPT Bus Sekolah, Nurhayati Sinaga menyatakan, terkait penolakan ini, pihaknya belum dapat memastikan apakah rute bus sekolah di sana akan dibatalkan atau tetap dioperasikan. Sebab, Nurhayati menyatakan pihaknya akan melakukan koordinasi kembali dengan para sopir angkutan mengenai kebijakan tersebut.
"Kita akan koordinasikan lagi dengan KWK. Kita mau lihat apakah kebutuhan untuk anak sekolah sudah terpenuhi dengan adanya KWK," kata Nurhayati, kepada Kompas.com, Senin (17/3/2014).
Nurhayati menyatakan, operasi bus sekolah di rute itu masuk dalam rencana besar pengembangan bus sekolah. Sebab, dia menyatakan jalur yang dilintasi angkutan KWK di sana memang banyak terdapat sekolah. Operasi bus sekolah yang dilangsungkan pada Kamis lalu baru masuk tahapan uji coba.
"Kita belum operasikan trayeknya. Jadi itu merupakan hasil kajian konsultan. Cuma ternyata dinamika di lapangannya seperti itu," ujar Nurhayati.
Ia berpendapat, penolakan ini mungkin didasarkan asumsi bahwa pengoperasian bus sekolah akan dilakukan dengan mengerahkan armada yang banyak. Padahal, pihaknya baru mengerahkan 3 armada saat dilangsungkan uji coba tersebut. Jumlah bus sekolah yang akan dioperasikan pun, katanya, akan disesuaikan sesuai kebutuhan pelayanan di jalur itu.
Meski demikian, ia mengakui bahwa jika dioperasikan, lebih dari 50 persen trayek bus sekolah akan bersinggungan dengan jalur angkot KWK. "Tapi kita tidak berpikir untuk bersaing atau mengambil penumpang mereka. Walaupun ada permintaan masyarakat, kita akan koordinasikan dengan KWK sesuai dengan kebutuhan di sana," ujar Nurhayati.
Sebelumnya, aksi penolakan dilakukan puluhan KWK T14 jurusan Setu Keong - Cilangkap, pada Jumat (14/3/2014). Para sopir tersebut berunjuk rasa lantaran protes terhadap beroperasinya bus sekolah yang menyerobot jalur trayek mereka.
Dengan beroperasinya bus sekolah di sana, mereka merasa terancam kehilangan penumpang dari kalangan pelajar yang menjadi salah satu sumber pendapatan mereka. Para sopir itu meminta agar bus sekolah yang beroperasi gratis itu dapat ditarik kembali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.