Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Hujan, Pengemudi Diminta Waspada

Kompas.com - 21/04/2014, 19:55 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengemudi kendaraan sebaiknya menghindari melintas di Jalan S Parman, Grogol, Jakarta Barat, di depan Mal Citraland saat hujan deras. Meski sudah ada tiga pompa air di kawasan tersebut, pompa bisa saja macet atau para petugasnya tidak ada di sana karena mereka terbiasa dengan pola ”siaga”.

Sabtu (19/4/2014) siang, lokasi itu tiba-tiba tergenang luapan air Kali Grogol setinggi pinggang orang dewasa. Ratusan kendaraan diterpa arus deras air yang meluap sehingga jalan terputus. ”Yang menjaga pompa terlamblat datang karena peristiwanya mendadak. Mereka enggak menerima panggilan siaga satu,” kata Camat Grogol Petamburan Deni Ramdani, Minggu (20/4/2014).

Genangan air terjadi pada Sabtu dari pukul 15.00 sampai pukul 20.00. Ratusan pengemudi yang hendak menuju Mal Citraland, Central Park, dan Mal Taman Anggrek terjebak kemacetan. Air pun masuk ke mobil mereka. Antrean penumpang bus memanjang di beberapa halte bus. Sebab, bus transJakarta, APTB, dan BKTP tak bisa bergerak.

Kanit Turjawali Polres Metro Jakbar Ajun Komisaris Hari Admoko mengatakan, air meluap karena mesin pompa di Kali Grogol tak berfungsi. ”Air dari tanggul menggenangi badan jalan. Jika pompa tidak berfungsi, ya, begini jadinya,” ujarnya.

Operator pompa air di Jalan Kyai Tapa, Nanda, menjelaskan, ketika genangan terjadi, mesin pompa yang mengandalkan aliran listrik tak bisa bekerja karena listrik padam.

”Idealnya mesin pompa didampingi genset,” kata Nanda. Ia belum melihat manfaat ditinggikannya tanggul dan kolam penampungan di Kali Grogol.

”Nyatanya sama saja, tuh. Tidak lebih baik daripada sebelum ada peninggian tanggul dan dibangun kolam penampungan,” kata Nanda.

Ia lalu menjelaskan, ada tiga mesin pompa air berkapasitas masing-masing 2.500 liter per detik. Kehadiran ketiga mesin pompa air ini belum mampu mengembalikan luapan air di jalan ke Kali Grogol.

Kasudin PU Tata Air Jakbar Pamuji yang dihubungi berkali-kali tidak mengangkat telepon selulernya. Dia adalah penggagas dan pelaksana peninggian tanggul setinggi 1,5 meter sepanjang 400 meter. Dia pula yang membangun kolam penampungan sementara sedalam 2-3 meter dengan lebar 3 meter x 6 meter. Peninggian tanggul dan kolam penampungan selesai dibangun pada Maret lalu.

Kasi Pemeliharaan Sudin PU Tata Air Jakbar Amir Pangaribuan pun membantah pendapat Nanda. ”Bukan karena peninggian tanggul dan pembangunan kolam penampungan yang tidak efektif, melainkan karena curah hujan yang kuat dan lama,” ujarnya. (WIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com