Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagi Delvi, BPJS Penolong Anaknya

Kompas.com - 04/05/2014, 09:35 WIB
Jessi Carina

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com - Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan selama ini sering kali mengundang keluhan dari berbagai pihak. Tidak sedikit warga yang bingung soal prosedur pendaftaran BPJS. Tak hanya itu, antrean pasien pun kerap mengular.

Namun, BPJS Kesehatan menjadi dewa penolong. Delvi, seorang warga Kelurahan Bantar Gebang, Bekasi memiliki putra, Ridho, yang menderita hidrocephalus. Hidrocephalus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kepala penderitanya membesar. Ukuran kepala berubah menjadi abnormal.

"Kepala air", begitulah julukan yang biasa disebut warga kepada penyakit tersebut. Delvi merupakan seorang buruh yang telah bekerja di pabrik garmen selama 19 tahun. Sedangkan suaminya seorang sopir truk pengangkut pasir.

Delvi melahirkan Ridho pada Januari 2014. Saat itu, usia kandungan Delvi baru memasuki delapan bulan. "Saat kandungan saya memasuki usia 8 bulan, perut saya rasanya sakit sekali. Karena takut ada apa-apa dengan kandungan saya, akhirnya saya ke dokter. Sama dokter disuruh USG," ujar Delfi ketika ditemui Kompas.com di RSUD Bekasi pada Minggu (04/05/2014).

Usai pemeriksaan, dokter mengatakan anaknya mengidap hidrocephalus. Dokter juga menyarankan Delvi untuk segera menjalani operasi cecar demi menyelamatkan bayi dalam kandungannya. Delvi pun mengikuti nasehat dokter tersebut.

Setelah Ridho lahir, Delvi segera berupaya untuk memberi pengobatan kepada anaknya. Dia bercerita, Ridho sudah pernah melakukan pengobatan di sebuah rumah sakit di Bogor. Sekali pengobatan, Delvi merogoh kocek hingga Rp 1,4 juta. Belum sembuh, Delvi mencoba ke pengobatan alternatif. Hasil tetap nihil, namun uang sudah terkuras habis.

"Aduh, saya tidak tau lagi untuk berikutnya uang dari mana," keluh Delvi.

Akan tetapi, Delvi belum menyerah. Delvi membawa Ridho ke RSUD Bekasi dengan harapan mendapat biaya yang lebih murah. Melihat kondisi Ridho, Dokter pun menyarankan Delvi untuk membuat BPJS. 

Atas saran dokter tersebut, Delvi pun membuat BPJS Kesehatan. Delvi mengaku tidak merasa kesulitan dalam membuatnya. Prosedur yang dijalani tidak dirasa rumit. Tak perlu memakan waktu lama, BPJS itu selesai diurus. Ridho pun dapat ditangani di RSUD Bekasi.

"Awalnya saya pikir akan rumit urus BPJS. Karena lihat di berita katanya susah. Tapi demi anak saya ya saya coba. Ternyata tidak kok. Saya tidak merasa kesulitan waktu mengurus BPJS," ujarnya.

Bahkan, Delvi menganggap BPJS adalah jalan keluar kesembuhan anaknya. Tepat tanggal 10 April, Ridho menerima perawatan di RSUD Bekasi. Lima hari kemudian, Ridho dioperasi. Menurut Delvi, semua itu sudah memakan biaya ratusan juta. Dirinya merasa bersyukur karena keseluruhan biaya sudah ditanggung program bantuan BPJS.

"Kalau tidak ada BPJS, saya tidak tahu dapat uang untuk Ridho dari mana. Ini sekarang saya paling hanya keluar biaya obat yang tidak ada disini. Sama uang operasional sehari-hari aja," ujarnya.

Saat ini, pengobatan untuk Ridho masih berlanjut. Pascaoperasi, cairan di kepala Ridho belum keluar seluruhnya sehingga harus melanjutkan perawatan lanjutan. Mengetahui hal ini, Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu berjanji akan memberikan bantuan. Dirinya mengaku belum mendengar soal warganya yang terkena Hidrocephalus.

"Saya malah baru tahu. Pemerintah Bekasi mungkin bisa memberi bantuan biaya nantinya," ujar Ahmad Syaikhu.

Mengetahui dirinya akan dibantu oleh Pemerintah Bekasi, Delvi mengaku senang. Namun, tidak banyak harapan yang terucap dari dirinya terkait janji sang Wakil Wali Kota. Raut wajahnya tidak terlihat antusias.

"Saya cuma ingin anak saya sembuh," ujarnya pasrah.

Sebelumnya diberitakan, BPJS Kesehatan merupakan implementasi Undang-Undang Nomor 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yakni tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial yang bertujuan menjamin seluruh rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan layak.

Keberadaan SJSN diharapkan akan melindungi masyarakat dari risiko ekonomi ketika sakit, mengalami kecelakaan kerja, pada hari tua dan pensiun, serta kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com