Patricia menambahkan, berdasarkan riset yang mereka lakukan di Jakarta, minat kawula muda terhadap perkembangan batik Betawi sangat minim. "Banyak anak dari pengrajin batik yang tidak mau belajar membatik karena dipandang sudah ketinggalan zaman. Ini membuat batik Betawi kehilangan peminatnya," sambungnya.
Untuk itu, melalui Project World 2014, mahasiswa Desain Grafis UMN dan UTS membantu melestarikan budaya asli Betawi tersebut. Mereka bekerja sama dengan komunitas pengrajin batik di Terogong untuk merancang batik Betawi dengan nuansa modern.
"Batik dibuat sesuai pasar anak-anak muda, seperti warna yang cerah dan motif yang bervariasi," ujarnya.
Para mahasiswa tersebut merancang batik tradisional dengan konsep modern. Hasilnya kemudian dipamerkan di Campus Hall UMN. Ada bentuk tas, kaos, kartu nama, brosur, lukisan, pulpen hingga aksesoris lain yang dibuat dari batik Betawi. Produk-produk tersebut nantinya akan dipasarkan melalui media sosial dan internet.
Hal senada disampaikan Andrey Andoko, Wakil Rektor UMN Bidang Administrasi dan Keuangan. "Kegiatan ini untuk menungkatkan kreativitas mahasiswa dan membantu mereka bekerja sama dan saling mengenal mahasiswa dari luar," kata Andrey.
Selain itu, Andrey menambahkan, ajang ini bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk saling berbagi ilmu yang mereka peroleh. "Mahasiswa dibantu untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu meningkatkan pembangunan di masyarakat," pungkasnya.