Agung mengatakan, pimpinannya telah menginstruksikan, apabila ada pengendara mempertanyakan solar bersubsidi, ia tetap mengalihkan ke SPBU terdekat, yaitu di daerah Jakarta Barat.
Hal ini juga diungkapkan oleh petugas lain, Erna, bahwa tidak ada solar bersubsidi lagi dan pengendara yang akan mengisi solar dapat dialihkan ke dua bahan bakar lain. "Tadi pagi ada mikrolet mau ngisi. Saya alihkan ke Slipi (Jakarta Barat). Memang kami dibilang untuk alihkan mereka yang tetap mau solar biasanya ke Jakarta Barat," kata Erna.
Erna mengatakan, selain di Slipi, pengalihan SPBU lain yang terdekat adalah di Tomang, Jakarta Barat. Tomang, kata Erna, sering dilintasi para pengguna solar sehingga lebih mudah ke Tomang dari Abdul Muis, Jakarta Pusat.
Jika ada pengendara tetap ingin mengisi bahan bakar solar di SPBU Coco tersebut, petugas akan memberi alternatif bio solar nonsubsidi atau pertamina dex. Solar nonsubsidi dengan harga Rp 12.800 per liter, sedangkan Pertamina Dex seharga Rp 13.150 per liter.
"Kalau solar biasa kan Rp 5.500 per liter. Mikrolet atau metro (mini) mana mau. Kasihan mahal juga sih," ucap Erna.
Pantauan Kompas.com, pemberitahuan layanan solar bersubsidi terpasang pada dinding bagian luar kantor karyawan SPBU tersebut. Dengan spanduk merah bertuliskan putih "Sesuai Kebijakan Pemerintah, Mulai 1 Agustus 2014 Seluruh SPBU di Jakarta Pusat Tidak Menjual Solar Bersubsidi" pengendara tidak dapat mengisi solar subsidi di SPBU Coco Abdul Muis.
Selain itu, terdapat pula spanduk bertuliskan "Ayo dukung penyesuaian harga BBM untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui subsidi tepat sasaran" dari Tim Sosialisasi Penyesuaian Harga BBM.