Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Ahok, Ini Perbedaan Taufik Yudi dan Lasro Marbun

Kompas.com - 07/08/2014, 13:48 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama hampir dua tahun menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama telah merasakan jalannya sistem pendidikan Ibu Kota di bawah pengelolaan Taufik Yudi Mulyanto dan Lasro Marbun. Menurut dia, keduanya memiliki karakter yang berbeda dalam membangun sistem pendidikan di Jakarta. 

"Pak Taufik itu baik, tapi dia enggak berani mengubah sistem dan memotong anggaran," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Kamis (7/8/2014). 

Menurut dia, kesalahan realisasi sistem pendidikan di Jakarta bukan karena Kepala Dinas Pendidikan. Anak-anak buah dan para suku dinas pendidikanlah yang selama ini membandel dan kerap tidak ingin mengikuti peraturan yang ada.

Perilaku memungut pungli orangtua murid dan pungli lainnya masih belum bisa dihilangkan oleh para guru, kepala sekolah, pengawas, dan PNS Dinas Pendidikan lainnya. Menghadapi itu, menurut Basuki, Taufik membiarkan anak-anak buahnya untuk tetap melanggar peraturan. Taufik dianggap kurang dapat bersikap tegas menindak anak buahnya yang membandel.

Tak hanya itu, Basuki juga menganggap Taufik tidak bisa memotong besarnya alokasi anggaran untuk pos yang tidak perlu. Akibat sikap kurang tegas Taufik itu, ia bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memindahkannya menjadi Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) pada 12 Februari 2014 lalu. 

Pada hari yang sama, Jokowi-Basuki menunjuk Kepala Biro Ortala (Organisasi dan Tata Laksana) DKI Lasro Marbun menggantikan posisi Taufik sebagai Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Berbeda dengan Taufik, menurut Basuki, Lasro berani mengubah sistem pendidikan yang selama ini amburadul.

Selain itu, Lasro juga berani memotong besarnya anggaran pendidikan. Ia juga dianggap telah berhasil merampingkan banyaknya jabatan di Dinas Pendidikan, seperti penghapusan jabatan pengawas sekolah tingkat kecamatan dan Pusat Pelatihan Kejuruan.

"Selain sistemnya diubah, dia siapkan pengganti sistemnya juga. Bedanya di situ," kata Basuki.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com