JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah penghuni Apartemen Kalibata City mengeluhkan penertiban parkir liar di sekitar kawasan hunian bertingkat tersebut. Parkir di lahan yang dilarang bukan pilihan, tapi keterpaksaan. Mereka mengaku kesulitan memerole lahan parkir di apartemen tersebut.
"Saya sudah sering keluar masuk apartemen cari parkiran, tapi sudah penuh semua. Apalagi pulang kerja, saya pulangnya selalu di atas jam delapan malam," kata salah satu penghuni apartemen, Rifai, Selasa (9/9/2014).
Hal senada juga dikeluhkan Fajar Febrian.
"
Kalau sudah jam pulang kantor, apalagi jam 21.00 atau 22.00, sudah susah cari parkir dalam apartemen," keluhnya.
Denny Kurniadi, penghuni lainnya, mengatakan, ia sudah dua kali memutari area parkir di apartemen, namun tak membuahkan hasil. Akibatnya, mau tak mau, ia pun memarkir kendaraannya di luar gedung.
Harus ada solusi Pada dasarnya, hampir semua penghuni apartemen mengaku lebih suka parkir di dalam lingkungan gedung. Selain dianggap lebih aman, parkir dalam gedung juga menjamin mobil bebas dari risiko pengempisan.
"Kalau demi ketertiban, saya setuju banget diadakan penderekan dan denda. Biar jalanan nggak macet. Lagipula, parkir liar itu kesannya kan kumuh," kata Fajar.
Ditambahkannya, sebenarnya sudah banyak penghuni yang meminta lahan parkir tambahan ke pihak pengelola. Sayangnya, permintaan ini belum dipenuhi.
"Saya setuju parkir liar diberantas. Tapi kalau nggak boleh parkir liar, seharusnya parkir di dalam juga harus ditambah," ujar Pandhu Wiguna, penghuni apartemen.
Salah satu korban penderekan mobil, Selasa (9/9/2014), Adi, sempat merasa kesal dengan kebijakan ini. Adi, yang memarkir mobilnya di luar gedung, sempat kebingungan karena mobilnya tiba-tiba "lenyap".
Berdasarkan informasi dari tukang ojek dan supir taksi, ia pun tahu kalau mobilnya sudah diderek ke Rawa Buaya. Ia pun bergegas menjemput mobil Toyota Altis kesayangannya itu.
"Saya sih setuju saja soal peraturan dan denda. Tapi tolong diinformasikan dengan baik. Jangan main angkut. Yang paling penting, kasih solusi buat kami. Bagaimana bisa tertib kalau fasilitasnya nggak memadai?" keluhnya.
Ketika disinggung tentang minimnya informasi ke pengemudi kendaraan, Kepala Penertubab Sudin Perhubungan Jakarta Selatan, AB. Nahor mengatakan kalau sosialisasi sudah sering dilakukan secara menyeluruh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.