Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok "Cium" Ada Mafia Tanah di Bantaran Ciliwung, Bagaimana Kata Warga?

Kompas.com - 21/11/2014, 19:56 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Mafia tanah diduga menghalang-halangi upaya pembebasan lahan dalam proyek sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur, di jalan masuk yang berada di Kelurahan Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok "mencium" adanya hal tersebut. Selaras dengan Ahok, beberapa warga di daerah itu juga mengutarakan hal senada. Mereka menduga, ada sesama warga yang mencoba mencari untung dari pembebasan lahan pada proyek tersebut.

"Itu ada. Tetapi, orang itu sudah kami mentahkan. Bukan mafia juga. Tetapi, seolah-olah dia suka, 'ini lho yang kena (gusur)'. Kita saja enggak tahu, tetapi dia sendiri tahu," kata Wiratno Sasmito (44), warga RT 07 RW 04, Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, saat berbincang, Jumat (21/11/2014). [Baca: Cara Ahok Rayu Warga Bidara Cina agar Mau Digusur]

Ia menduga, warga itu bekerja sama dengan pejabat pemerintahan daerah. Hal senada diungkapkan Firman (49), warga RT 07 RW 04 Bidara Cina. Menurut Firman, oknum warga yang diduga mafia tanah itu pun bukan penduduk tetap di wilayah tersebut.

"Tinggalnya hanya mengontrak di sini," ujar Firman. Hanya, identitas warga tersebut tidak disebutkan. [Baca: Tim Pengukur Tanah Sodetan Ciliwung Ditolak Warga Bidara Cina]

Warga lainnya, Wiratno, menambahkan bahwa orang yang mereka duga sebagai mafia tanah itu hanya didiamkan. "Dia akhirnya malu sendiri," ujar Wiratno.

Sementara itu, Harianja (70), warga RT 02 RW 04 lainnya, mengaku tak tahu-menahu dengan adanya mafia tanah. Kalaupun ada, warga tetap berharap orang itu tidak mencari untung di situasi ini. [Baca: Ahok: Kita Enggak Ada Waktu Lagi untuk Negosiasi, Masyarakat Harus Dipaksa Mengerti]

"Kita selalu anggap orang seperti itu orang baik. Keinginan kita, (relokasi ini) bukan untuk pribadinya," ujar dia.

Untuk diketahui, pembangunan sodetan Kali Ciliwung ke Kanal Banjir Timur masih terkendala pembebasan lahan. Gubernur Ahok mengendus adanya mafia-mafia tanah yang bermain sehingga merugikan masyarakat yang melepas tanahnya untuk pembangunan sodetan.

"Itu juga ada mafia-mafia tanah yang bermain. Saya mau pastikan tidak ada oknum pejabat terlibat. Kasihan kan warga. Makanya, selalu nego," kata Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (20/11/2014). [Baca: Ahok Cium Ada Mafia Tanah di Bantaran Ciliwung]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Cerita Tukang Ojek Sampan Pelabuhan Sunda Kelapa, Setia Menanti Penumpang di Tengah Sepinya Wisatawan

Megapolitan
Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Pendatang Baru di Jakarta Harus Didata agar Bisa Didorong Urus Pindah Domisili

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com